Aku akan merekomendasikan tiga film di blog ini dan kamu boleh merekomendasikan tiga judul film lain di kolom komentar. Bisa film lama atau baru, dari negara mana pun. Kali ini kita punya film dari Afganistan, Irlandia, dan Korea Selatan.
Lebih dari setengah durasi film ini hanya mempertontonkan adegan solilokui seorang istri yang 'curhat' kepada suaminya yang sedang koma. Bisa dibilang adegan tersebut adalah representasi dari judul filmnya sendiri, The Patience Stone, yang juga merupakan alegori dari batu kesabaran (syngué sabour)—batu hitam bertuah dalam legenda Persia yang diceritakan bisa menyerap penderitaan bagaikan spons.
Film produksi Iran-Perancis ini seolah ingin menyuarakan pemikiran-pemikiran perempuan yang ingin menggugat dan mempertanyakan banyak hal, diwakili oleh seorang perempuan-tanpa-nama yang terjebak dalam konflik perang di Afganistan.
Walaupun hanya didominasi obrolan satu arah, tapi penonton akan menangkap banyak sekali protes budaya dan sosial yang ingin disampaikan lewat film ini. Mulai dari isu-isu ketidakadilan yang diterima oleh perempuan di tengah masyarakat patriarki, hingga pikiran-pikiran terliar yang selama ini disimpan rapat-rapat di balik burka yang mereka kenakan.
Atiq Rahimi tahu betul pesan apa yang ingin disampaikan lewat film ini karena ceritanya diadaptasi dari novel yang ditulisnya sendiri.
Kalau kamu berpikiran terbuka dengan tontonan yang menyinggung isu feminisme, film ini jelas cocok untukmu!