Senin, 25 April 2016

Berapa banyak blogger muda yang bikin blog karena terpengaruh oleh kesuksesan Raditya Dika dengan Kambing Jantan-nya? Kurasa banyak sekali. Termasuk... aku.

Tapi, jauh sebelum baca buku Radith yang konon jadi kiblat banyak anak muda untuk menulis online diary itu, aku sudah mengenal istilah blog (berasal dari web log) sejak SMP, setelah membaca sebuah artikel di Kuntum; majalah pelajar yang dulu jadi langganan almarhum kakek di Lampung.

Dari sanalah timbul keinginan untuk bikin blog biar kalau ada yang nanya, "Punya blog?" bisa dengan bangga menjawab, "Punya dong." Walaupun akhirnya baru terealisasi saat sudah kuliah dan sesaat setelah baca Kambing Jantan. Dengan gaptek dan modal sewa warnet dua jam.

Omong-omong soal blog... Baru-baru ini, aku habis membaca buku berjudul Blogging: Have Fun and Get The Money karya Carolina Ratri, lalu kemudian merasa menyesal. Kenapa buku semacam ini nggak terbit dari dulu pas awal-awal aku ngeblog!



Judul : Blogging: Have Fun and Get The Money
Penulis : Carolina Ratri
Penerbit : Stiletto Book
Tahun terbit : Desember 2015
Cetakan : pertama
Tebal : 245 hlm
ISBN : 9786027572447


Bagi seorang blogger, mempunyai blog yang mendatangkan pemasukan pasti jadi cita-cita. Sedangkan bagi brand, blogger semakin diperhitungkan untuk menjadi partner dalam strategi marketing mereka melalui kerja sama job review. Namun, untuk sampai ke tahap itu, kita perlu membekali diri dengan keterampilan yang cukup. Buku ini membahas berbagai tip, seperti:

- Menentukan tema blog
- Mencari ide tulisan
- Mempelajari teknik menulis yang baik
- Mempercantik tampilan blog
- Cara mendapatkan job review
- Cara kerja Google Adsense
- Memopulerkan blog dengan SEO dan media sosial
- Sampai, profil para blogger senior

Pada akhirnya, akan banyak yang bisa kita dapatkan dari blog. Tak hanya untuk bersenang-senang dan dapat uang, tapi juga jejaring, serta personal branding.

Selasa, 12 April 2016

Sama seperti kota lain, Jogja kadang bisa menjelma kota dengan kelembapan udara rendah. Sehingga berjalan ke luar rumah untuk membeli permen di minimarket saja, akan membuat seseorang seakan terlihat baru saja selesai sauna. Mungkin itu terjadi karena posisi matahari tegak lurus di atas pulau Jawa, sehingga matahari yang diterima di permukaan lebih banyak. Tapi apa pun alasannya, aku suka karena waktu itu untuk pertama kalinya Sheila punya alasan datang ke kamar kontrakanku.
“Kamu masih simpan file makalah tugas dari Pak Nanto?” tanya Sheila lewat telepon siang itu. Kalau diingat-ingat, ini adalah telepon kedua darinya. Yang pertama dulu, katanya salah sambung.
“Masih. Nggg, tapi aku nggak bisa kirim e-mail nih.”
“Kontrakanmu dekat kampus, kan? Aku samperin aja deh, sekalian numpang ngadem.”
Dan, di sanalah mulanya.

Senin, 04 April 2016

Akhir-akhir ini entah kenapa banyak teman yang minta rekomendasi lagu bagus. Biasanya kalau ditanya begini, aku malah bingung. Soalnya semua lagu yang masuk ke playlist kuanggap bagus semua. Tapi kalau ditanya lagu apa yang sekarang sering diputar, aku bisa langsung jawab... lagu-lagunya 5 Seconds of Summer dan Shawn Mendes! Suka 5SOS karena lagu mereka yang mengingatkan ke Greenday dan Simple Plan dengan musik pop-punk yang easy listening, genre lagu favorit dari zaman bocah dulu. Nah, kalau Shawn Mendes selain lagunya memang enak-enak (better than Justin Bieber, I guess) dan nggak membosankan, aku tertarik dengan fashion-nya yang simpel dan konsisten.

Oke, fashion. Aku harus bilang kalau aku bukan tipe yang selalu ikut arus kekinian apalagi kalau sudah pasaran. Walaupun setengah populasi bumi sekarang sedang kompak-kompaknya memakai baju bertuliskan "My Trip My Adventure" tiap berpergian dan banyak juga yang seolah mendapat titah memakai polo shirt bertuliskan "Turn Back Crime", tapi tetap saja aku nggak bisa latah tren semacam itu.

Kembali ke Shawn Mendes tadi. Kenapa aku bilang tertarik dengan fashion penyanyi remaja satu ini, jawabannya ada di semua video klip lagunya. Kalau diperhatikan, Shawn selalu tampil konsisten dengan setelan celana denim dipadu dengan atasan oblong polos yang dilapis jaket/kemeja. Mulai dari video klip Show You, Never Be Alone, Aftertaste, Stitches, sampai I Know What You Did Last Summer. Bahkan setiap tampil live di panggung, doi tetap setia dengan outfit yang hampir sama. Menarik.


Shawn Mendes, potret diriku di masa belia || foto diambil dari sini