Sama
seperti kota lain, Jogja kadang bisa menjelma kota dengan kelembapan udara rendah.
Sehingga berjalan ke luar rumah untuk membeli permen di minimarket saja, akan
membuat seseorang seakan terlihat baru saja selesai sauna. Mungkin itu terjadi
karena posisi matahari tegak lurus di atas pulau Jawa, sehingga matahari yang
diterima di permukaan lebih banyak. Tapi apa pun alasannya, aku suka karena waktu
itu untuk pertama kalinya Sheila punya alasan datang ke kamar kontrakanku.
“Kamu
masih simpan file makalah tugas dari
Pak Nanto?” tanya Sheila lewat telepon siang itu. Kalau diingat-ingat, ini
adalah telepon kedua darinya. Yang pertama dulu, katanya salah sambung.
“Masih.
Nggg, tapi aku nggak bisa kirim e-mail nih.”
“Kontrakanmu
dekat kampus, kan? Aku samperin aja deh, sekalian numpang ngadem.”
Dan, di sanalah mulanya.
Kami sedang
menonton To Kill a Mockingbird, film drama
klasik yang disebut-sebut sebagai salah satu film terbaik yang pernah ada.
Bahkan tokoh Atticus Finch di dalam film ini, pernah mendapat gelar sebagai “pahlawan
dalam film” terhebat pada abad ke-20. Sama seperti jumlah piala Oscar yang
diraih film ini sebanyak tiga, kulihat Sheila juga sudah menguap sebanyak tiga
kali.
“Filmnya
membosankan, ya?”
“Kalau
aku bilang aku nggak suka nonton film, kamu percaya nggak?”
“Serius, Cil, kamu nggak suka film? Nggak satu
pun?” tanyaku, masih kurang yakin kalau Sheila sama sekali tak punya film
favorit.
Sheila
menggeleng. “Menurutku, ending film
selalu begitu. Luke adalah anak Dart Vader. Dumbledore jatuh dari menara lalu
mati. Rahul menikah dengan Anjali.”
“Tapi,
kan, ending itu bagian paling penting
dari sebuah film.”
“Walaupun
ending-nya gantung?”
“Maksudnya?”
Aku mengernyit.
“Selain
sad ending dan happy ending, kan ada juga
ending yang gantung?”
Aku
terdiam sejenak. Mulai mengerti arah pembicaraan Sheila.
“Kalau
dalam hubungan, ending gantung itu
yang paling nggak diharapkan.”
Hening
sejenak.
“Ndra.”
”Ya?”
“Aku
punya satu lelucon.”
“Apa?”
“Mau
dengar?”
“Boleh.”
“Tapi
aku ragu kamu akan ketawa.”
“Coba
aja.”
“Baiklah.”
Sheila menarik napas. “Alkisah, ada tiga buah tomat berjalan ke luar rumah.
Bapak tomat, ibu tomat, dan anak tomat. Setelah cukup jauh berjalan, rupanya
anak tomat tertinggal jauh. Hal itu membuat bapak tomat marah dan berteriak, ‘Catch up!’”
“Terus?”
Entah kenapa, aku penasaran dengan lanjutannya.
“Itulah
asal mula kecap.”
“Ha?” Aku
terpelongo, lalu
tanpa sadar sudah menyunggingkan senyum. “Itu lelucon dari mana, Cil?”
“Dari
film Pulp Fiction.”
“Serius?
Kamu nonton film itu?”
Sheila
mengangguk.
“Sebentar…
Aku jadi ragu kalau kamu nggak suka film.”
“Memangnya
aku bilang nggak suka? Aku cuma bilang ending
film nyaris selalu sama.”
Aku
tersenyum, lalu setengah berbisik, “Sebenarnya aku juga nggak suka ending yang gantung.”
Dia
menoleh, balas tersenyum.
___________________________________
* Tulisan untuk #AprilNulis tema SINEMA
* Diambil dari potongan naskah novel yang belum selesai
* Jangan tanya kapan selesainya
* Bye!
17 Komentar
Haha, jokes nya oke juga, pas dialog asal mula kecap. Menarik do. Ini endingnya juga dibuat ngegantung hahaha. Trus itu jadian atau nggak? Hahaha
BalasHapusCerita lengkapnya tunggu novelnya terbit aja, ya.
Hapus... kalau selesai, dan kalau ada yang mau nerbitin. Haha
Kenapa endingnya gini amat sih Do :(
BalasHapusKita kudu berimajinasi sendiri nih? :((
Namanya juga potongan cerita, Sar. Haha
HapusWahahaha. Lelucon macam apa itu! Uus banget deh ah.
BalasHapusOh ya saya belum kelar nonton Pulp Fiction, Do. Nantilah.
Tonton! Kalau udah, lanjut nonton The Hateful Eight!
Hapusbrilian! waaah mo bikin novel! ditunggu :D
BalasHapusSiap!
HapusDitunggu lanjutan ceritanya... di toko buku.
BalasHapusAamiin. Doakan!
HapusAku suka endingnya...
BalasHapusMungkin juga karena selera filmku yang lebih menyukai ending yang membiarkan penonton punya penafsiran sendiri.
Anw,menurut aku ending yang "gantung" dan ending yang "membiarkan pembaca/penonton punya penafsiran sendiri" itu adalah dua hal yang berbeda.
Thx for good story.
Good luck
Wah, betul. Ada ending gantung (yang nggak jelas), ada juga ending gantung (yang terbuka).
HapusAku juga suka ending yang terbuka!
lucu kak ceritanyaa hahaha emang harus gantung ya kak endingnya? mampir juga ya kak ke ericotheonaldo.blogspot.com
BalasHapusagak nghek ya endingnya. Umm, soal jokesnya itu gue curiga bukan sheila deh, tapi uus. jadi semacam ada sosok uus yang terjebak di dalam tubuh sheila. ini konspirasi. BAKARRRR!!!
BalasHapusAgak sedikit bingung sama leluconnya, tapi akhirnya ngangguk-ngangguk pasrah aja wkwk :D
BalasHapusIni nggantung juga nggak sih ceritanya wkwkwk
Pengin nanya lanjutannya tapi ga boleh. Do. :(
BalasHapusditunggu kelanjutan ceritanyaaaa...:D
BalasHapusSilakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!