Jumat, 15 Januari 2016

Belakangan ini, aku sedang keranjingan lagu Love Yourself-nya Justin Bieber. Buat yang belum tahu, lagu yang jadi single ketiga di album terbaru Justin ini adalah ciptaan Ed Sheeran dan Benny Blanco. Kayaknya Justin harus berterima kasih banyak ke Ed karena berkat tangan dingin pelantun Thinking Out Loud itu, lagu ini disebut-sebut jadi lagu paling diminati di album "Purpose". Sebelumnya, Ed juga pernah menulis lagu buat One Direction yang judulnya Little Things, dan sukses pula jadi hits.

Nah, saking seringnya lagu ini diputar, lama-lama jadi hafal liriknya. Lalu, waktu iseng mengeja liriknya pelan-pelan, kok kayaknya ada yang janggal? Setelah diperhatikan, ternyata memang ada kekeliruan kata, atau kalau di luar lebih dikenal dengan sebutan grammar error.


My mama doesn't like you when you said "my mama don't like you", Justin!
(foto diambil dari sini)

Kamis, 07 Januari 2016

"Membaca itu seperti menjelajah," kata Eka Kurniawan. Bukan sekadar bahwa sebuah karya akan membawa kita ke tempat lain atau membuat kita bertemu dengan karakter berbeda. Tapi, sering kali ada pengalaman dari membaca karya tertentu, pengarang tertentu, yang berada di luar apa yang kita secara pribadi asumsikan sendiri.

Kalau membaca itu seperti menjelajah, berarti setiap halaman buku yang kita baca sama dengan satu langkah dalam penjelajahan. How to travel in time? Read.




Aku mulai membaca buku ketika mulai bisa mengeja huruf, tentu orang lain juga. Saat merasa bisa, Rido kecil memburu apa saja yang bisa dibaca. Saking haus bacaan, bahkan waktu SD aku sudah membaca majalah Gatraalih-alih koleksi Trubus milik bapakyang diubek dari dalam kardus di gudang bawah rumah. Namun, hal sepele macam itu nggak lantas bisa disebut book addict, kan?

Jumat, 01 Januari 2016

Hari-hari seperti tali tiada punca
Markah duabelas sebatas angka
Ialah rambu-rambunya

Bungah, seringai, sedu, tawa
Rupa warna dalam satu warsa

Bahana terompet dari mulut awang
Diembus dengan riang
Girang, tiada halang
Lupa perkara tinggal di belakang

Padahal pernah ia berkurung di rumah
Di luar, ia sadar alam tak ramah
Bapak urung pergi ke sawah
Asap menjelma awan di atap rumah
Berkeluh hanya putih setiap mata mengelih
Bikin perih
Berlama-lama, sampai rindu langit berkemih

Hari-hari seperti tangkai tiada pucuk
Bencana hanya gigitan nyamuk yang digaruk
Seolah tak pernah lebih buruk

Tegak, rebah, hirau, alpa
Rupa warna dalam satu warsa

Pekik terompet kian keras
Bersahutan suara petas
Buat apa menapak tilas?

Yang awang tahu hanya satu
Hari-hari penting perlu dijamu

31.12.15