Karya Sastra Indonesia Pertama yang Filmnya Dibuat dengan Urun Dana

Tahun 2009, pernah terbit sebuah buku berjudul Seratus Buku Sastra Indonesia yang Patut Dibaca Sebelum Dikuburkan. Di sana disebutkan 100 judul buku secara urut berdasarkan tahun terbitnya, mulai dari yang tertua (1919) sampai yang agak baru (2005). Mungkin kalau di-update sampai tahun ini, Pocong Juga Poconggg akan jadi buku yang ke-101.

Setelah membaca daftar tersebut, aku tiba-tiba merasa menjadi pembaca yang kerdil. Ironis sekali menerima kenyataan bahwa dari semua buku tersebut, aku baru membaca kurang dari 2%-nya. Tapi nggak masalah, patut bukan berarti wajib, kan? Sekarang fokus baca teenlit dulu, menyesuaikan dengan umurku yang masih belia. Halah.

Dari daftar tersebut, salah satu buku yang sudah kubaca adalah Ketika Mas Gagah Pergi, sebuah novelet legendaris karya Helvy Tiana Rosa (kakak kandung dari penulis best seller, Asma Nadia, fyi) yang pertama terbit pada tahun 1997. Ketika Mas Gagah Pergi diambil dari judul salah satu cerpen di buku tersebut, yang pernah dimuat di majalah Annida pada tahun 1992. Bercerita tentang perubahan (hijrah) seorang Mas Gagah dari yang awalnya kurang mendalami ilmu agama Islam, menjadi seseorang yang senang mempelajari Islam, serta mengamalkan setiap ilmu yang diperolehnya. Konon, kumcer/novelet tersebut menjadi pelopor genre Islami kontemporer, karena pada awal terbitnya buku ini belum ada tren novel ala Ayat-Ayat Cinta kayak sekarang.

Sampai tahun ini, buku tersebut sudah dicetak 39 kali melalui tiga penerbit. Dan, kabarnya akan segera diangkat ke layar lebar. Hebatnya, adaptasi layar lebar KMGP dibuat dengan urun dana (crowdfunding) karena Bunda Helvy belum bertemu dengan Rumah Produksi yang sejalan dengan visinya untuk menghidupkan roh asli tokoh fiksi Mas Gagah,cs.. Kabarnya sudah ada 3 PH yang ditolak, beuh! Makanya, KMGP terancam akan menjadi karya sastra Indonesia pertama yang filmnya dibuat dari uang patungan para pembacanya di seluruh Indonesia. Menurut kabar dari blog penulisnya, KMGP versi film rencananya akan tayang awal tahun 2016.

Ada yang sudah baca bukunya?

Jadi, sebelumnya aku punya KMGP yang cetakan pertama tahun 1997. Sekarang buku cetakan 'langka' tersebut sudah berada di tangan Bunda Helvy karena aku barter dengan buku KMGP cetakan paling baru. Baiknya Bunda Helvy, aku dikasih 3 eksemplar plus tanda tangan beliau langsung.

Sebagai bentuk dukungan untuk film KMGP yang kabarnya akan mulai syuting Oktober 2015 nanti, dan hitung-hitung bantu sounding, aku mau bagi-bagi buku KMGP untuk pembaca blog ini. Demi alasan tertentu, kuis kali ini khusus buat perempuan dulu, ya. Yang berjakun menyingkir dulu.

Caranya mudah, cukup jawab pertanyaan di bawah ini!

Dalam cerpen Ketika Mas Gagah Pergi, diceritakan seorang gadis bernama Gita memutuskan untuk memakai jilbab tepat setelah kepergian kakaknya, Mas Gagah. Nah, apa alasan memakai jilbab versi kamu? Apakah karena dapat hidayah, atau karena kamu Fatinistic sejati?

Silakan jawab di kolom komentar. Jangan lupa sertakan akun Twitter kamu di akhir jawaban ya, karena nanti pemenangnya akan diumumkan di Twitter lewat akun @ridoarbain (boleh banget kalau mau di-follow). Ada hadiah 1 eksemplar buku Ketika Mas Gagah Pergi cetakan terbaru bertanda tangan Helvy Tiana Rosa, yang akan dikirim langsung ke alamatmu. Jawaban ditunggu sampai tanggal 31 Agustus 2015.
Selamat menjawab!

Ketika Mas Gagah Pergi cetakan 2015

Posting Komentar

18 Komentar

  1. Iseng iseng baca postingan eh... tau tau ada giveawaynya *asikkk*
    Aku pribadi belum pernah baca KMGP tapi udah tau tentang buku ini akan diangkat menjadi film layar lebar melalui crowdfunding. Penasaran sih, terutama sama pemain yang akan terlibat. ><

    Ok, langsung aja aku jawab pertanyaannya. Kali aja bisa dapat bukunya. Apalagi ada TTD sang penulis, wah... excited!

    Alasan pakai jilbab ya...?
    Aku ingat pertama kali aku pakai jilbab itu waktu kelas 4 SD. Alasannya ya karena disuruh. Bukan dari dalam hati yang mendalam (tsahhh) pengin pakai jilbab. Awalnya memang terpaksa pakainya. Pertamanya risih, ya biasalah. Tapi lama kelamaan kalau ke luar nggak pakai jilbab malah risih. Ya biarpun pakai jilbab masih belum syar'i tapi kuakui aku sudah betah untuk berjilbab. Nggak perlu tutorial yang macem-macem deh buat berjilbab toh berjilbab sebisa mungkin yang sederhana aja. Nggak perlu diuntel untel yang aneh aneh.

    Jadi intinya alasan aku berjilbab pertama kali karena terpaksa. >< (ini jawaban kok muter muter yaaa, tapi yasudahlah, yang penting aku udah ikut meramaikan ^^ kalau dapat bukunya, alhamdulillah yaaa)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sampai lupa, twitter @vyselvia
      Kayaknya udah follow deh, cuma belum difollback. *eh lupaa deh*

      Hapus
  2. @AltGST

    Woaah Kak Rido ngadain GA KMGP!! Mau dongs
    Alasan saya berhijab cuma satu, karna saya tahu itu KEWAJIBAN SETIAP MUSLIMAH.. Ya walaupun saya akui walau baru beberapa bulan terakhir ini saya memakai jilbab (Selama ini kemana ajaah-_-) Dulu pas SMP sih masuk sekolah madrasah jadi kudu berjilbab, nyaman sih rasanya pake hijab meski cuma sampe di sekolah aja. Tapi semakin kesini rasanya semakin nyadar kalau hidayah tuh terkdang sulit ditemui. Kudu kita yang nemuin. Trus karena banyak nasehat dan dorongan tentang berhijab itu wajib bagi muslimah, yeah takut jadinye nggak pake hijab kemana-mana. Kan kalo wajib ga dilaksanain kan dosa besar. Jadilah akhirnya saya berhijab sampe sekarang. Insha Allah, tekad udah kuat. udah nggak mau make hijab cuma di sekolah doang, tapi kemana pun I swear I wear this hijab!
    :)

    BalasHapus
  3. Alasanku berjilbab sebetulnya biasa aja sih, nggak ada yang spesial.

    Begini ceritanya, sewaktu kelas 1 SMK semester 2 untuk pertama kali liat sahabatku yang dari TK berpenampilan berbeda, dia memakai jilbab ke sekolah. Iya, nggak sekedar hari jumat aja. Entah kenapa aku tertarik untuk mencoba memakai jilbab juga keesokan harinya. Dari yang tadinya sekedar coba-coba, masih merasa risih karena kegerahan, ternyata seiring berjalannya waktu setelah pakai merasa bahagia karena menemukan sebuah kenyamanan. Temen-temenku sampai kaget liat perubahanku untuk pertama kalinya, sebab aku yang rada tomboy ketika itu (rambut pendek, gaya slengean) tahu-tahu memakai jilbab. Meski nggak ada yang berubah sih karena sikapku masih sama, hanya bedanya sudah berjilbab saja.

    Syukurlah perasaan heran nggak menjadikan mereka menjauhiku, sih. Malahan aku semakin bahagia karena merasa mendapat dukungan dari orang tua, sahabat, dan orang-orang terdekat.
    Kebetulan orang tuaku, nggak pernah memaksakan aku untuk menutup aurat, namun ketika mereka tahu aku mulai menutup aurat, mereka pun sangat senang.


    Meski awal-awal ketika berhijab banyak yang meragukan dan sering mempertanyakan, "kok bisa sih sekarang pakai jilbab?"
    Aku cuma bisa senyum terus ngejawab sekenanya, "nggak tau, pengen aja."

    Setelah memutuskan untuk berhijab, sebisa mungkin nggak pernah lepas jilbab kalau pergi ke mana-mana, karena merasa sudah terbiasa. Malahan ngerasa ada yang kurang kalau nggak pakai jilbab.
    Meski belum sepenuhya baik, iya kadang kelakuan sama ucapan belum baik, memakai jilbabnya pun masih yang biasa aja dan belum bisa untuk syar'i, tapi setidaknya pelan-pelan belajar untuk (tetap) istiqomah.

    Kata orang hidayah bisa dari mana saja. Salah satunya mungkin saja dari hal-hal sederhana yang bahkan terlihat nggak ada artinya seperti yang terjadi padaku. Bagaimana tidak, niat awal yang hanya sekedar coba-coba bisa menjadi salah satu bentuk hidayah untukku. Entahlah :))


    @Oktaviamithaa

    BalasHapus
  4. keren tuh bukunya, udah beberapa kali baca :)

    BalasHapus
  5. Nama: Anis Antika
    Twitter: @AntikaAnis

    Kalau buatku, alasan berhijab adalah yang pertama karena wajib dan itu adalah perintah Allah untuk perempuan yang sudah tertulis di Al-Qur'an. Kedua, yang jelas adalah kesiapan diri. Karena kalau menurut berhijab itu artinya hati, pemikiran, serta kelakuan kita juga harus menjadi baik. Dan harus berkomitmen dengan hijab tersebut. Memutuskan berhijab itu kayak memutuskan buat menikah. Sebisa mungkin harus menjaga agar hijab nggak akan terlepas. Jadi, sekalinya milih berhijab harus mempertahankan sampai mati.

    BalasHapus
  6. Mau ah ikutan GA juga,

    Awal pertama kali pake jilbab yaitu selepas SMP.
    Waktu itu lagi sibuk-sibuknya nentuin mau masuk SMA mana.
    Sampe orang tua sendiri kesal karena ulahku yang tiap hari berganti mau, hingga sampai akhirnya si papa kasih ultimatum "Kalo gak bisa masuk SMA negeri, kamu papa masukin ke Xave*ius aja"
    Dan ternyata hal itu bukan hanya gertakan karena si papa udah pegang kuitansi bahwa si papa udah beli satu kursi di sekolah tersebut.

    Tahu sendirilah, di sana mayoritas orang-orang berkulit putih dan bermata sipit.
    Aku menolak sekolah di sana, tepatnya hatiku yang menentang dengan kuat karena beberapa alasan.

    Akhirnya,
    Aku belajar serajin mungkin biar bisa sekolah negeri yang kebetulan lintas rayon pula.
    Sampai situ? Tidak.
    aku juga bernazar, jika aku lulus di sekolah tersebut "Aku bakal pake jilbab dan ga akan lepas-lepas lagi"

    And Taaa... Daaa...
    Maha Besar Allah,
    Ada aja jalannya, aku lulus sekolah negeri dan juga memakai jilbab.

    Girls, hidayah itu dijemput bukan dinanti. Karena saat terdesak, berjanji pada Tuhan bisa jadi jalan kalian buat memenuhi perintahnya.
    Jangan takut ga bisa menuhin janjinya, karena Allah selalu ada cara menolong hamba-Nya yang menolong Dia menegakkan agama-Nya.

    BalasHapus
  7. apa alasan memakai jilbab
    versi kamu?
    Sama sekali bukan fatinistic . Karena suruhan halus ayah
    (waktu itu belum punya ilmu islam yang dalam). Aku juga berencana sendiri mau nerusin di pesantren, tapi belok arah ke smp. Karena pernah berpikiran buat berjilbab dan sudah di sarankan, kenapa gk
    saya lanjutin? Mungkin saya
    bisa mendalami islam, bisa
    kuliah di Al Azhar Mesir
    (pemikiran anak sd). Terus saya laksanakan, toh itu
    sudah kewajiban wanita
    muslim (baru tahu setelah
    banyak nasehat dari ayah).
    Saya mempercayai dan
    melakukannya karena Ayah panutan keluarga.
    Kalau sekarang pemikiran
    saya : saya mau memperbaiki diri saya, ini kewajiban saya. Dan juga saya nggak mau dilaknat oleh Allah hanya karena hari ini saya malah lebih buruk dari hari kemarin.
    @p_ambangsari

    BalasHapus
  8. eh, masih bisakah ikut? aku mau buku ituuuuu...

    alasan pakai jilbab?

    karena aku sayang bapak.

    BalasHapus
  9. Saya ijin pakai foto sampul bukunya, ya

    BalasHapus
  10. Wah, beberapa minggu lalu saya diundang meet n greet sama para pemainnya, tapi sayang gak bisa dateng, padahal pengen banget ketemu yang meranin cewek tomboynya. :')

    Salam kenal ya, mas bro. :D
    Penjaja Kata

    BalasHapus

Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!