Senin, 29 Juni 2015

Tokoh atau penokohan adalah syarat wajib yang harus ada dalam sebuah karya fiksi seperti novel. Itulah kenapa tokoh termasuk ke dalam unsur intrinsik penting selain tema dan plot. 

Seringkali, tokoh disamakan dengan istilah karakter atau watak. Namun, sesungguhnya berbeda. Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi, sedangkan karakter merujuk pada istilah watak yang berarti kondisi jiwa atau sifat dari tokoh tersebut. Jadi, tokoh adalah pelaku yang berada dalam karya fiksi, sedangkan karakter atau watak adalah perilaku yang mengisi diri tokoh tersebut. (disadur dari sini)

Ada banyak jenis tokoh-tokoh dalam karya fiksi, seperti tokoh protagonis dan antagonis, tokoh utama dan tokoh tambahan, tokoh statis dan tokoh berkembang, tokoh sederhana dan tokoh bulat, serta tokoh tipikal dan tokoh netral. Namun, pernahkah kita perhatikan, secara nggak sadar, ada tokoh-tokoh dalam karya fiksi seperti novel yang memorable dan malah jadi idola pembaca. Padahal, karakter dan deskripsi tokoh tersebut hanya digambarkan lewat narasi penulis. Tapi oleh imajinasi pembaca, divisualisasikan sebagai sosok idola, yang seolah-olah nyata.

Salah satu tokoh fiksi luar yang sukses jadi idola adalah Edward Cullen, tokoh fiksi dalam seri Twilight karangan Stephenie Meyer. Walaupun dijelaskan bahwa Edward adalah seorang vampir, tapi penulis menuliskan deskripsi yang menarik. Edward digambarkan sebagai sosok lelaki tampan yang memiliki tulang pipi sempurna, rahang yang kuat, hidung lurus, dan bibir penuh. Rambutnya selalu berantakan. Matanya begitu hijau, berwarna topaz. Dan, memiliki tubuh ramping tapi berotot.

Nah, di kalangan novel lokal juga harusnya ada tokoh-tokoh fiksi idola macam Edward ini. Sebut saja Lupus, tokoh fiksi dalam serial novel berjudul sama karangan Hilman Hariwijaya. Lupus identik dengan jambul dan permen karet yang nggak pernah lepas darinya. Di tahun 80-an, Lupus termasuk tokoh fiksi idola.

Selain Lupus, ini dia nama-nama tokoh fiksi novel yang sering dielu-elukan oleh pembaca cewek dan diharapkan kehadirannya ada di dunia nyata.

Selasa, 16 Juni 2015

Dulu, sewaktu baca buku Date Note, aku menobatkan Haris sebagai salah satu penulis komedi yang karyanya ditunggu-tunggu. Tapi, karena sesuatu hal dan padatnya aktivitas menonton tayangan infotainment, aku melewatkan 4 bukunya Haris yang terbit setelah Date Note. Makanya, untuk menebus dosa, aku beli novel terbarunya ini. Soalnya, buku yang lain udah nggak dijual di toko buku. Heuheu.

Mari tinggalkan basa-basi di atas, dan simak ulasan di bawah~



Judul : 3 Koplak Mengejar Cinta
Penulis : Haris Firmansyah
Penerbit : Wahyu Qolbu
Tahun terbit : Desember 2014
Cetakan : Pertama
Tebal : 284 halaman
ISBN : 9797959465

Kalo demi ngedapetin cewek, elo ditantang suruh kerja nyikatin gigi buaya tiap hari, mau nggak?? Orang normal pasti bilang, “TIDAAAK!!” Tapi buat 3 KOPLAK, jawabannya, “KENAPA TIDAAAK??” Yang penting bisa melepas status JOMBLO AKUT yang melekat pada mereka.


Tiga sahabat; Ardan, Ibam, dan Pasai sedang dalam misi mencari cinta sejati. Ardan, lebay dan labil; Ibam, pemuda ber-IQ jongkok dan over pede; dan Pasai, SANG PENCERAH JALAN KESESATAN. Ketiganya bersaing ngelepas status jomblo. Celakanya, mereka mengincar cewek yang SAMA. Hadeuuh… *Nepuk jidat!!

Belum beres masalah persaingan cinta, eh datang masalah baru. Mereka punya wali kelas baru yang STRICT dan udah bikin daftar siswa “BANDEL” yang terancam bakal nggak naik kelas. Lalu, gimana nasib 3 Koplak selanjutnya? Gimana dengan persahabatan mereka? Apakah mereka akan naik kelas? Gimana pula dengan masa depan kejombloan mereka? Buruan baca deh!!

Sabtu, 13 Juni 2015

Setelah hiatus menulis fiksi cukup lama, aku hampir melupakan cita-cita untuk menulis buku

Dua tahun terakhir, aku lebih banyak membaca buku. Memperbanyak wishlist want-to-read dan sibuk menulis ulasan-ulasan pendek di Goodreads. Tapi semakin banyak baca buku, makin banyak ide-ide yang menumpuk di kepala. Ternyata benar apa yang dibilang oleh Eka Kurniawan, bahwa terkadang menulis adalah akibat dari membaca.

Itulah salah satu alasan kenapa novel ini ditulis. (baca perjalanan novel Flip-Flop di sini)

FLIP-FLOP (Elex Media, 2015) — a duet novel with Ratna Rara

Kamis, 04 Juni 2015

15 Februari 2014 - menulis cerpen duet
Alkisah, di akun Twitter @nulisbuku sedang ada perhelatan lomba menulis bertajuk "Love is never fails" dengan dua kategori lomba: perorangan dan kolaborasi (duet). Seorang teman virtual bernama Rara, tiba-tiba mengirim direct message yang isinya mengajakku untuk menulis duet bareng dia. Awalnya agak ragu, karena beliau ini bukan 'siapa-siapa' dan memang nggak terlalu akrab. Tapi, akhirnya aku malah mengiyakan dengan pertimbangan—Rara bisa saja mengirimku santet kalau aku tolak ajakannya. Kami menulis cerpen duet hanya beberapa jam dan dikirim 30 menit sebelum deadline penutupan lomba. Beruntungnya, cerpen tersebut lolos dan diterbitkan di dalam buku #1 yang katanya kumpulan terbaik.

20 Maret 2014 - mulai menulis novel duet 

Itu adalah tweet asal-asalan, tapi ternyata ditanggapi serius oleh Rara. Setelah 'meminang' lewat DM, Rara langsung mengajakku untuk brainstorming ide lewat e-mail. Kami berencana melanjutkan cerpen duet kami menjadi sebuah novel. Tanpa outline, tanpa deadline. Sebuah proyek seru-seruan.