Setelah hiatus menulis fiksi cukup lama, aku hampir melupakan cita-cita untuk menulis buku.
Dua tahun terakhir, aku lebih banyak membaca buku. Memperbanyak wishlist want-to-read dan sibuk menulis ulasan-ulasan pendek di Goodreads. Tapi semakin banyak baca buku, makin banyak ide-ide yang menumpuk di kepala. Ternyata benar apa yang dibilang oleh Eka Kurniawan, bahwa terkadang menulis adalah akibat dari membaca.
Itulah salah satu alasan kenapa novel ini ditulis. (baca perjalanan novel Flip-Flop di sini)
FLIP-FLOP (Elex Media, 2015) — a duet novel with Ratna Rara |
Bagi beberapa penulis novel (termasuk juga cerpen), bagian tersulit setelah menyempurnakan naskah adalah menentukan judul. Seorang penulis bisa sanggup menulis novel 100 halaman dalam waktu seminggu, tapi menentukan judul novel yang terdiri dari satu-dua-tiga kata dalam rentang sehari saja bisa jadi hal yang sulit. Judul novel itu door opener. Kalau diibaratkan isi buku adalah produknya, maka judul bisa dianggap sebagai iklannya.
Aku dan Rara punya kesamaan, selain sama berzodiak Aries, kami sama-sama lemah dalam memilih judul dan jodoh. Sebelum memilih Flip-Flop, kami sudah dua kali mengganti judul novel. Penggantian judul terakhir pun karena permintaan editor—dianjurkan judul berbahasa asing, katanya.
Hernowo, seorang penulis dan praktisi perbukuan, pernah bilang, “Membuat judul buku yang baik perlu bantuan orang lain, tukar-menukar pendapat.” Judul Flip-Flop pun awalnya terlontar dari orang lain yang kebetulan teman dekat, Bimo Rafandha, ketika aku meminta beliau untuk memberi usulan judul via obrolan LINE. And yes, we should making a list of at least five different titles before deciding upon one. Dari sekian banyak opsi judul, kami memilih Flip-Flop dengan banyak pertimbangan.
Kata editor, konsep dua PoV bergantian dalam novel kami cocok dengan judul Flip-Flop. Mendengar judul ini pun mikirnya langsung ke sesuatu yang berkebalikan. Persis seperti kondisi tokoh Anggun dan Bobby yang awalnya adem-ayem, jadi panas gara-gara mereka terpaksa LDR. Judul ini juga terkesan jenaka, serasi dengan gaya tulisanku dan Rara.
Dalam menentukan judul, tentu kami juga mau yang unik dan orisinal. The easiest way to ensure you have an original title is to type the phrase into an Internet search engine. Google it!
Walaupun muncul beberapa judul novel dengan istilah flip-flop, tapi hampir semua judul itu dikawinkan dengan frasa lain. Flip-Flop Girl, Flip and Flop, or whatever. Dan, hampir nggak ada yang murni memakai Flip-Flop tanpa embel-embel. Intinya, judul ini masih terasa orisinal, terutama untuk kalangan novel lokal.
Dalam bidang elektronik, dikenal juga istilah Flip-Flop, yaitu sirkuit elektronik yang memiliki dua arus stabil dan dapat digunakan untuk menyimpan informasi. Dalam salah satu macamnya, rangkaian flip-flop mempunyai dua jalan keluar, dan simbol-simbol yang ada pada jalan keluar selalu berlawanan satu dengan yang lain. Filosofi ini rasanya cocok dengan konflik yang kami angkat. Tentang Anggun dan Bobby yang sifatnya berlawanan, walau sebenarnya mereka masih dalam rangkaian perasaan yang sama.
Most readers consider your title twice—once before they start reading your work, and again after they have finished.
[Tentang Isi Novel]
Bobby, murid SMA yang biasa-biasa saja di sekolahnya. Berpostur tinggi, berbadan tambun, dan berambut ikal sembarangan. Ia jatuh hati pada cewek paling populer di sekolahnya yang bernama Anggun. Namun, kenyataannya bukan hanya Bobby, tapi nyaris semua murid cowok di sekolah itu mengidolakan Anggun yang dikenal baik, ramah, cerdas, berbadan bagus, dan tentu saja berparas anggun seperti namanya. Anggun, sang primadona sekolah.
Flip-Flop bercerita tentang dua sejoli Anggun dan Bobby yang hubungannya diuji oleh perkara bernama long distance relationship. Tentang perasaan mengagumi, tentang nilai keluarga, tentang menerima perubahan, dan tentang belajar mencintai lagi. Ditulis dalam dua point of view. Rara menulis dari sudut pandang Anggun—cewek yang moody dan sensitif, dan aku menulis dari sudut pandang Bobby, cowok humoris yang setia.
Cerita cinta remaja yang seharusnya sederhana ... kalau saja yang terlibat hanya mereka berdua.
"The scariest thing about distance is that you don't know whether they'll miss you or forget you."
— The Notebook
[Pendapat Mereka Tentang Flip-Flop]
“Rido dan Rara berhasil mengusik perhatian saya dengan cara penyampaian yang tidak biasa. Sebuah cerita sederhana yang dikemas dengan alur yang membuat saya tak bisa bersandar saat membacanya. Sebuah kisah yang bukan hanya menarik, tapi juga membawa pesan yang cukup kuat. Bahwa cinta akan menerimamu apa adanya, bukan ada apanya.”
— Roy Saputra, penulis Lontang-Lantung dan Trave(love)ing
“Novel ini related banget ke gue karena gue juga pernah LDR. Penggunaan dua sudut pandang bikin gue tahu perasaan Bobby dan Anggun.”
— Kevin Anggara, penulis Student Guidebook For Dummies
"Aku suka bagaimana kedua penulisnya berkelindan bercerita tanpa terasa timpang karena perbedaan gaya menulis masing-masing. Bahasanya khas ala remaja, berpadu dengan lelucon yang jenakanya nggak ketulungan sekaligus cerdas! Pilihan segar di tengah bacaan remaja yang mayoritas galau-galauan."
— Anggun Prameswari, penulis After Rain dan Kedai Bianglala
“Jarak bukanlah musuh yang ada untuk dilawan. Jarak tak pernah melakukan apa-apa pada kita, meski tidak jarang jarak jadi satu-satunya pelampiasan atas apa yang menimpa dan terjadi. Adanya jarak bagi banyak orang menjadi ujian—menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab, tentang orang terkasih, keluarga, sahabat, dan sekitar kita sendiri. Hubungan Bobby dan Anggun adalah salah satu contoh bagaimana banyak hal bisa berubah setelah ada jarak. Dalam kisah yang dituturkan dengan kocak ini, tersimpan sisi haru dan menyentuh. Tentunya menyisakan pertanyaan: apa yang sudah diperbuat oleh jarak kepada kekasihmu? Makin tebalkah cintamu, atau ... kamu bisa mencari jawabannya dalam novel ini.”
— Aditia Yudis, penulis Time After Time
"Cerita cinta yang ringan, manis, realistis, dalam satu paket."
— Petronela Putri, penulis Bingkai Memori dan Januari: Flashback
“Aku suka ceritanya yang anak muda banget. Fresh! Dua sudut pandang diceritakan sama kocaknya, tapi konfliknya menyatu dengan cerita. Aku jarang ketawa baca buku, tapi baca novel ini ketawanya jadi nggak dibuat-buat. Good job!”
— Bimo Rafandha, penulis I’m (not) Your Bodyguard
“Meskipun Bobby dan Anggun sama-sama punya masalah dengan berat badan, tapi kisah cinta mereka dikemas ringan dengan gaya bercerita yang renyah.”
— Putra Zaman, penulis Hujan Daun-Daun
——————
Versi e-book di
8 Komentar
Dari endorsement, kita bisa tau bahwa pergaulan Rido... gaul. Semoga sukses untuk debut duetnya.
BalasHapusHahaha. Namanya juga orang dagang. Harusnya aku minta endors kamu juga ya, Ris. Biar hits.
HapusAhhhh... nggak sabar nunggu novelnya dateng ^^
BalasHapusAaaaa aku juga nggak sabar, Mak!
HapusRido dan Rara. Sama-sama huruf R. Anaknya huruf FF (Flip-Flop). Unik hehee..
BalasHapusYa, aku uda nggak sabar juga bacanya. Soalnya kan... itu. anu.. apa namanya.. temanya.. ya gitu deh.. :D
Cailah yang LDR. :D
Hapus4 bintang untuk Flip Flop yang bikin baper :)
BalasHapusTerima kasih sudah baca, ya. :)
HapusSilakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!