[Review] I'm (Not) Your Bodyguard — Rafandha

Sebenarnya mau kritik buku ini langsung lewat jaringan pribadi ke penulisnya. Karena memang akrab dan sering ketemu. Proses beliau nulis buku ini juga aku ikutin, walaupun aku nggak dipercaya jadi draft reader sama sekali. Tega kamu, Bim!


Setelah novelnya terbit, baru deh disuruh review. Baiklah. 
Oh, iya, aku lupa belum kenalin siapa penulisnya. Namanya Bimo Rafandha, tapi biasa pakai nama pena Rafandha. Bukan, dia bukan mantan VJ yang pacarnya Bisma Sm*sh itu. Karena Rafandha bukanlah Franda. 

Mari kita skip kegaringan di atas dan segera beranjak ke review isi bukunya.



Judul : I'm (Not) Your Bodyguard
Penulis : Rafandha
Penerbit : GACA (DIVA Press Group)
Tahun terbit : Januari 2014
Cetakan : Pertama
Tebal : 209 hlm
ISBN : 9786022554264


"A friend is one that knows you as you are. understands where you have been, accepts what you have become, and still, gently allows you to grow." - William Shakespeare

Pelan-pelan, siluet yang ia lupakan tadi muncul kembali ke otaknya. Potongan gambar pertama, ia melihat dirinya sendiri berlari menyusuri lorong-lorong rumahnya dengan bertelanjang kaki. Potongan kedua, ia melihat anak kecil lain, lebih kecil darinya ikut berlari. Bahkan anak kecil itu mendahului dirinya sendiri. Potongan terakhir, sekaligus potongan yang membuat kepalanya semakin keras berdenyut adalah kenyataan bahwa perlahan, tubuh anak yang lebih kecil darinya itu tidak muncul lagi di permukaan kolam. Lalu mendadak, semua kembali menjadi gelap. Suram. Bumi tak bersuara...

I'm (Not) Your Bodyguard selanjutnya disingkat Im(N)YB, adalah novel perdana Rafandha. Sosok yang kukenal lebih sering menulis fiksi berupa cerita-cerita pendek. 

Kesan pertama waktu lihat cover Im(N)YB, adalah muka bengong dengan seupil pertanyaan esensial, "Ini buku resep masakan, ya? Kok ada penampakan Chef Juna di sampulnya?" Namun, tuduhan kontroversial itu gugur tatkala mulai membaca bab awal novel.

Novel ini bercerita tentang Arga Akriandri, seorang murid SMA Harapan Nusa (Hasa) yang lebih dikenal dengan sapaan Aci oleh teman-teman di sekolahnya. Aci didapat dari akronim Arga Banci. Julukan tercela itu bermula dari ketidaksukaan Arga terhadap olahraga. Saat pelajaran olahraga berlangsung, Arga lebih memilih berdiam diri di kelas.
Sapaan Aci juga semakin didukung oleh kenyataan bahwa Arga memiliki 3 orang sahabat yang semuanya... perempuan. Divi yang jadi kembang sekolah karena berparas menawan, Diana yang korean freak kelas akut, dan Tri yang koki wanna be dan nggak neko-neko. Arga mengimani kalau mereka berempat adalah kombinasi yang aneh.

Well... Well... tokohnya SMA, tapi di sampul buku malah ada penampakan anak band berwajah sok cool dan berbodi layaknya finalis L-Men. Begitu timpang dengan deskripsi tokoh Arga dalam novel. Lalu, penampakan ilustrasi 3 orang cewek di sampul juga menimbulkan kesan kalau mereka sedang dalam misi memperebutkan si cowok berkacamata. Menipu sekali. Tipikal cover buku-buku terbitan DIVA Press banget nih. 

Tema yang diangkat penulis bisa dibilang sudah umum. Yaitu, persahabatan. Dikemas dengan alur dan konfilik sederhana. Masih tentang kisruh dalam circle pertemanan dan hal-hal kecil prinsipil yang ada di dalamnya. Tentang Arga yang jadi semacam 'bodyguard' bagi ketiga teman(perempuan)nya. Bukan hanya karena atas nama persahabatan, tapi juga masih ada kaitan dengan trauma masa lalu si tokoh utama.

Tokoh Arga di buku ini dibuat terlalu sensitif untuk ukuran cowok. Ada beberapa scenes yang bikin aku kesal kenapa sikap Arga begitu menye-menye. Sedikit OOT... Omong-omong, sebelum baca buku ini, kebetulan aku baru saja menamatkan novel yang di mana tokoh cowoknya juga berlatar SMA. Persahabatan antara tiga cowok yang hidupnya keras dan doyan berkelahi. Nah, makanya pas awal baca Im(N)YB, mindset yang kuusung adalah bahwa cowok itu ya hidupnya nggak melankolis. Dan, itu bertolak sekian derajat dari watak tokoh Arga di novel ini. Selalu nggak suka dengan (tokoh) cowok yang gampang 'merajuk'.

Agak terganggu juga dengan pronomina yang dipakai oleh para tokoh. KAU untuk setting di Jakarta? Bisa dimaafkan. Tapiiii, itu sebelum muncul tokoh bernama Iqbal dengan dialog yang ber-gue-elo tanpa dosa. Jadi, di sini penulis kayak kebingungan mau pilih pronomina formal atau santai kayak teenlit kebanyakan.

Terlepas dari itu, aku suka cara Bimo memainkan plot novelnya. Kilas balik juga diselipkan dengan rapi tanpa 'merusak' alur majunya. PoV orang ketiga konsisten hingga halaman terakhir. Nilai plus lagi untuk dialog-dialog cerdas dan quotable
"The hardest part is to guard a girl who falling in love."
Walaupun kurang puas dengan ending, tapi lumayan dapat klimaksnya. Novel debut yang nggak mengecewakan.
Can't wait for your second book, Bim! 

Anyaway, ide menyelipkan teka-teki silang di halaman terakhir ini kece juga. And, anyway again, thanks for mentioned my name on thanks-to list. :))

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Awww nama aku jg dimention di thanks to list-nya Bimo... LOL
    Wkwkwkwkwk
    Btw beneran itu mirip sm chef juna :))

    BalasHapus

Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!