Congrats, Yul!

Semalem ada peristiwa menghebohkan dunia nyata dan dunia maya sekaligus. Peristiwa yang gak ada hubungannya dengan kasus kenaikan harga BBM. Gua Cuma manyun aja ngeliatin bacotan temen-temen gua di facebook sama twitter. Ada yang ngeluh, ada yang ngucap syukur secara hiperbolis. This is about SNMPTN.
Gua jadi berinisiatif ngirim sms ke adek-adek kelas gua di SMA dulu yang katanya kemaren ikutan tes SNMPTN juga di Universitas yang jadi tempat gua menuntut ilmu sekarang (cailah!). “Gimana, lulus gak?” “Gak. Hiks..” “Trus temen-temen kamu yang lulus siapa aja?” “Cuman satu doang, kak. Tapi gak tau siapa” “oh, gak pa-pa. Jangan putus asa gitu. Masih ada hari esok. Tetap semangat ya!”.  Gua mengirimkan kalimat motivasi basa-basi yang gua dapet dari nonton acara Golden Ways-nya Mario Teguh.
Sebenernya gua agak kecewa setelah tau yang masuk Universitas Negeri (yang cukup bergengsi di daerah gua) tahun ini Cuma satu. Bukan karna gua ngerasa pinter dan adek-adek kelas gua itu kelewat bodoh. Tapi karna sinetron Cinta Fitri udah tamat (loh?).

Gua kembali ngorek informasi ke berbagai sumber (ini membuat gua lebih mirip mahasiswa yang membajak pembicaraan di angkot-angkot dengan tema, siapakah yang seharusnya pantas menjadi pasangan Amira dalam sinetron Putri Yang Ditukar. Apakah Rizky, Rangga, atau Prabu Wijaya?  *Tunggu dulu... Amira itu anaknya pak Prabu Wijaya kan? Atau jangan-jangan... uhuhu whatever lah).

Finally, gua dapat informasi, adek kelas gua yang lulus SNMPTN itu ternyata si Yuli (18th, lahir di bulan Juli). Yuli lulus di jurusan PPKN. Satu point besar yang gua peroleh dari belajar PPKN semasa di sekolah yaitu moral pancasila. Yang mana dalam salah satu ajarannya, harus bisa merelakan antrian kita diserobot nenek-nenek yang nyirih, dan mgelap ludahnya di baju kita tanpa kita harus menghujamkan besi behel ke kepala si nenek.
 Kesimpulan ini gua dapat dari hasil belajar di SD. Kesimpulan lain gua dapat dari belajar IPS, yang mana pembahasannya mengenai fungsi-fungsi rambu lalu lintas. “Sebenarnya warna merah, kuning, dan hijau di lampu rambu lalu lintas itu mempunyai arti”, kata Ibu Minah, guru IPS gua (eh, bukan Cuma IPS aja. Dia juga ngajar Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, PPKN. Pokoknya dia ngajar semuanya deh. Sungguh sosok ibu guru yang multitalent). Jadi lampu rambu lalu lintas itu punya arti tersendiri. Merah artinya, ‘berhenti, kasih lewat orang di depan yang kebelet boker’. Kuning artinya, ‘waktunya buat ngupil, atau garuk-garuk wilayah tertentu’. Hijau artinya, ‘istrimu di rumah sedang bercumbu dengan tetangga sebelah, DO SOMETHING!’.

Well,  gua lebih baik mencopot predikat tidak resmi Ibu Minah sebagai guru multitalent dan kembali fokus ke Yuli. Jadi, si Yuli ini adalah seorang cewek (sebuah penegasan jenis kelamin yang  gak perlu). Oke, sepertinya gua gak perlu membahas spesies cewek yang belakangan diakui sebagai adek jadi-jadian gua ini secara panjang lebar.

Pesan gua buat Yuli, plis jangan nyesel udah nganggep gua kakak, tapi tunjukin kepada dunia kalo lo bisa jadi guru PPKN yang hafal pancasila dan menjunjung tinggi harkat dan martabat sesamanya.

With love,
Rido G. Bastian

Posting Komentar

3 Komentar

  1. je ga je ga je kka...
    gaaaariiiiiinggggg

    BalasHapus
  2. HAHAHA...
    sejak kapan namo kau jadi Rido G. Bastian ? (¬_¬)

    oh my god -,-"

    BalasHapus
  3. akuma : hiks :'(

    dwiip : sejak kamyu ada dihatikyu :*

    BalasHapus

Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!