Memelihara Kreativitas ala Austin Kleon

Sebagai seorang penulis dan seniman yang sudah menekuni bidang kreatif lebih dari satu dekade, Austin Kleon yakin apa yang ditawarkan dunia saat ini tidak akan pernah jadi lebih mudah. Bahkan itu menjadi alasan persisnya ia menulis buku yang diberi judul Keep Going. "Aku menulis buku ini karena aku butuh membacanya," kata Austin.

Beberapa tahun lalu, di tengah maraknya kampanye publik untuk menjadi pertama dan orisinal, Austin Kleon justru mengenalkan cara-cara praktis mencuri ide kreatif lewat buku perdananya—Steal Like an Artist. Buku itu seolah-olah menjadi juru selamat bagi anak-anak muda yang baru menjerumuskan diri dalam dunia kreatif.

Kemudian dalam buku keduanya—Show Your Work!, Austin mencoba meyakinkan kita bahwa pada dasarnya manusia mempelajari segala sesuatu dengan cara meniru. Setuju atau tidak, sebuah auntentisitas akan lahir dari banyaknya referensi. Buku itu pula yang mengenalkan prinsip bahwa untuk ditemukan, kita harus mudah ditemukan.


Sedikit berbeda dengan kedua buku tersebut, Keep Going lebih menekankan tentang bagaimana kita melanjutkan kreativitas di tengah gempuran situasi yang membuat kita merasa ditolak, diabaikan, atau dalam bahasa kerennya: krisis eksistensial.

Akan ada hari-hari baik dan hari-hari buruk, begitu kata Austin. Hari ketika kita merasa terinspirasi, hari ketika kita merasa ingin lompat dari jembatan, atau bahkan hari ketika kita tidak bisa membedakan antara keduanya.

Ada kalanya kita perlu memutuskan koneksi dari dunia agar kita dapat terhubung dengan diri kita sendiri. Terlalu banyak berselancar di media sosial, misalnya, berpotensi besar memengaruhi pikiran kita. Membaca berita-berita mengerikan di internet adalah cara termudah untuk melukai perasaan dan mengacaukan produktivitas kita.

"We have so little control over our lives. The only thing we can really control is what we spend our days on. What we work on and how hard we work on it."

Pada salah satu bab, penulis membahas tentang fenomena FOMO yang menurutnya bisa dilawan dengan JOMO: Joy of Missing Out. Ia juga mengajak kita untuk sesekali mengabaikan angka-angka yang sering menjadi indikator tolok ukur seperti jumlah views, likes, shares, maupun followers. Sebab kita perlu kembali pada ukuran kualitatif sebuah karya, bukan hanya sekadar kuantitasnya.

Salah satu poin yang menurutku paling menarik, yaitu ketika penulis menuntun kita untuk mengunjungi masa lalu. Menurutnya, sebagian orang yang hidup di masa kini begitu terobsesi dengan hal-hal baru sehingga mereka semua memikirkan tentang hal-hal yang sama.

"Bacalah buku-buku lama. Manusia telah ada sejak waktu yang sangat lama, dan hampir setiap masalah yang kamu temui telah ditulis oleh manusia lain yang hidup ratusan tahun bahkan mungkin ribuan tahun sebelum dirimu."

Hal-hal yang dipaparkan oleh Austin Kleon dalam buku ini bukan hanya tentang bagaimana memelihara kreativitas dalam keadaan baik dan buruk, tetapi juga tentang bagaimana menjaga kewarasan. Terkadang kita perlu membangun markas ketenangan, melupakan tujuan, dan fokus mengerjakan sesuatu. Kita juga boleh mengubah pikiran suatu waktu. Apabila ragu maka sudah saatnya berbenah diri.

"Iblis membenci udara segar," kata Austin. Maka sesekali kita perlu berjalan jauh untuk terbebas dari kungkungan iblis yang menghambat kreativitas. Ajaklah jalan-jalan diri kita sendiri karena mungkin di salah satu perhentian kita bisa menemukan gagasan terbaik yang selama ini kita cari.

Posting Komentar

0 Komentar