22 Film Terbaik Tahun 2022


Tahun 2022 bisa dibilang tahunnya nostalgia bagi industri film dunia. Ada puluhan judul film rilisan baru yang berangkat dari remake, reboot, sequel/prequel, maupun spin-off dengan menghidupkan kembali IP aslinya yang sudah lama eksis. Mari kita sebut yang populer mulai dari The Batman, Top Gun: Maverick, Avatar: The Way of Water, hingga Glass Onion: A Knives Out Mystery.

Beberapa judul yang akan disebut dalam daftar ini—aku lebih suka menyebutnya sebagai daftar film paling berkesan—tentunya dipilih dengan pertimbangan subjektif. Selain tak semua film yang dirilis pada tahun ini sempat ditonton, semuanya juga bergantung pada preferensi dan selera personal.

So, here are 22 of the best and most memorable movies of 2022!



22. ALL QUIET ON THE WESTERN FRONT 

Film ini bermula ketika pecahnya perang di Jerman pada tahun 1917, seorang remaja 17 tahun bergabung dengan Front Barat dalam Perang Dunia I. Semangat patriotik yang diusung Paul Baumer bersama prajurit muda lainnya seketika sirna saat mereka benar-benar dihadapkan pada realitas hidup yang brutal dan suram di garis depan. Kendati nyawa utuh setelah perang berakhir, ternyata tak ada yang berubah. Sebab tak ada perang yang benar-benar berakhir ketika perang itu melawan diri sendiri.



21. EMILY THE CRIMINAL

Mengikuti kisah Emily, wanita muda pengangguran dengan utang yang menumpuk. Di tengah upaya menemukan solusi untuk masalah keuangannya, ia justru terlibat dalam kasus penipuan kartu kredit, yang menariknya ke dunia kriminal Los Angeles dengan konsekuensi yang mematikan. Pada sepanjang durasi, kita akan disuguhi karakter dengan ambiguitas moral dalam situasi rentannya. Namun, kita berhak khawatir karena pada akhirnya kita akan sama kriminalnya, sebab terpaksa memberi dukungan pada sang kriminalis.



20. PEARL (X prequel)

Film ini hadir sebagai prekuel dari X (2022), yang mengisahkan tentang kru film amatir yang menyewa rumah di pedesaan Texas untuk sebuah proyek film porno. Di film keduanya ini, Ti West berfokus pada origin story dari karakter Pearl sebelum gadis itu menjadi sosok pembunuh berdarah dingin. Seolah-olah senang melakukannya tanpa dosa, Ti West sudah berencana membuat trilogi berdarah-darah yang akan disusul film ketiganya berjudul MaXXXine.



19. SHE SAID

Lewat film drama ini, Maria Schrader mengungkap salah satu skandal besar yang pernah memicu gerakan #MeToo di media sosial dan memecah keheningan selama puluhan tahun perihal kekerasan seksual dalam industri Hollywood. Investigasi yang dilakukan oleh Megan dan Jordi adalah cerminan betapa besar peran jurnalistik, mulai dari alat kontrol sosial hingga sebagai wakil publik.



18. THE BEASTS (AS BESTAS)

Kecenderungan xenofobia mungkin cukup irasional dan tak masuk akal, tapi hal itu betul-betul berimbas pada Antoine dan Olga, pasangan asal Prancis yang memutuskan tinggal di desa kecil bernama Galicia. Tetangga mereka yang warga lokal tiba-tiba menjadi pihak oposisi dan memicu konflik serius. Ternyata binatang buas dapat berwujud apa saja; bisa jadi ia yang tak menyukai orang asing, yang tak bicara dengan bahasa sama, atau yang memiliki pandangan politik berbeda. This was a great slow burner



17. BONES AND ALL

Diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Camille DeAngelis, film ini mengisahkan tentang perjalanan pasangan muda Maren dan Lee, yang dipertemukan takdir karena keduanya merupakan The Eater—entitas yang menjadi subjek kanibalisme. Luca Guadagnino kembali menyajikan sebuah gambaran meditasi tentang pencarian jati diri dan bagaimana mengatasi sesuatu yang tidak bisa dikendalikan. 



16. CLOSE

Persahabatan mungkin bisa berangkat dari rasa cinta dan keserasian, lalu bertahan karena kenyamanan. Namun, tidak begitu yang dialami oleh Leo dan Remi. Setelah menerima reaksi miring dalam lingkup pergaulan di sekolah yang cenderung mengarah pada pandangan homofobik, semua hal sudah tidak sama lagi bagi mereka. Film Belgia yang menyoroti tentang bagaimana standar maskulinitas dipertanyakan.



15. SPEAK NO EVIL

Dalam sebuah perjalanan liburan ke Toscana, Italia, sebuah keluarga asal Denmark secara tak sengaja bertemu dengan keluarga lain yang berasal dari Belanda. Konflik muncul ketika keluarga Denmark melakukan anjangsana dan dihadapkan pada situasi ganjil. Sutradara-penulis Christian Tafdrup berhasil menghadirkan horor misantrop yang membuat penonton mengimani kembali bahwa sebenar-benarnya manusia memang lebih mengerikan daripada setan.



14. NO BEARS

Jafar Panahi memerankan versi fiksi dari dirinya, yang baru saja pindah ke sebuah desa kecil di daerah perbatasan Iran untuk mengarahkan film barunya dari jarak jauh yang mengambil lokasi di sekitar Turki. Konflik terjadi ketika ia tak sengaja bersinggungan dengan skandal warga lokal, lalu ditarik ke dalam tradisi ganjil yang memusingkan. Dengan mengaburkan fakta dan fiksi melalui konsep docu-realism, Jafar Panahi kembali menyinggung isu tentang kebebasan.



13. AFTERSUN

Mengenang liburan musim panas ke Turki bersama ayahnya melalui rekaman video dua puluh tahun lalu, membuat Shopie membayangkan banyak hal. Meski pada akhirnya sulit memisahkan memori nyata dan halusinasi, tapi yang paling mengganjal pikirannya justru pertanyaan tentang sebaik apa ia mengenal sang ayah. Film drama ini adalah debut manis dari Charlotte Wells, didukung penampilan memukau dari Paul Mescal.



12. RRR (RISE ROAR REVOLT)

Setelah sukses dengan dwilogi Baahubali: The Beginning (2015) dan Baahubali 2: The Conclusion (2017), S. S. Rajamouli kembali lagi dengan drama-aksi kolosal yang tak kalah mahal, baik dari segi teknis maupun plot cerita. Meski dipresentasikan dengan deretan adegan yang terkadang hiperbolis dan tak logis, film ini justru menjadi sajian epos sejarah berlatar tahun 1920-an yang sangat megah. Ini adalah kisah klise kepahlawanan tentang dua revolusioner India, Alluri Sitarama Raju dan Komaram Bheem, yang masing-masing berperang melawan penindasan.



11. BROKER

Hirokazu Kore-eda mencoba menyentil banyak hal dalam film ini, mulai dari isu prostitusi, penelantaran bayi, praktik aborsi, sistem adopsi, hingga sindiran halus terhadap peran esensial orang tua. Filmnya mungkin terkesan bermain-main dengan ide sindikat penjual bayi, tapi eksekusinya jelas mempertimbangkan banyak aspek global. Kore-eda berhasil memberi porsi yang pas kepada setiap karakter untuk menghadapi pergumulannya sendiri, tanpa pandang usia. Bahkan dengan menyatukan sekelompok manusia tanpa hubungan darah, ia tetap berhasil menyajikan drama keluarga yang sangat hangat.



10. NOPE

Setelah ayah mereka tewas akibat kejatuhan benda asing dari langit, sepasang kakak beradik pemilik peternakanOJ dan Emerald Haywoodberupaya merekam video bukti keberadaan UFO. Jordan Peele lagi-lagi menghadirkan film dengan visi yang tak sembarang, bahkan cenderung provokatif seperti dua mahakaryanya sebelum ini, Get Out (2017) dan Us (2019). Sudah jadi ciri khasnya, banyak simbolisme di sana-sini yang ia pakai untuk menyampaikan kritik sosial. Balutan horor dan fiksi sains dengan visual yang bikin takjub!



9. TRIANGLE OF SADNESS 

Dibuka dengan kisah sepasang kekasih yang sama-sama berprofesi sebagai model, ialah Carl dan Yaya, yang diundang dalam pelayaran mewah khusus kalangan orang kaya.  Tak lama berselang, perjalanan itu menjadi katastrofe yang tak terelakkan. Ruben Östlund membungkus film ini sebagai drama satire dengan komentar sosial dan visual yang riuh. Ia membicarakan bias gender, hierarki, rasisme, hingga sentilan khusus pada kapitalisme. Mungkin memang sejatinya kekayaan, kecantikan, dan ketenaran cukup menjadi fiksi yang dipelihara dengan baik.



8. THE BANSHEES OF INISHERIN 

Film ini menyuguhkan tragedi yang hadir dari pasangan sahabat di sebuah pulau kecil bernama Inisheer, yang pada suatu hari tiba-tiba membuat jarak tanpa alasan jelas. Bayangkan, persahabatan seumur hidup bisa runtuh hanya karena dua manusia terlalu lama berada dalam kondisi dan situasi yang sama; tempat penuh kemuraman, kesepian, kebencian, hingga perlahan berasosiasi menjadi dendam yang tak berujung. Tanpa bersusah payah membuat naskah yang rumit, Martin McDonagh justru berhasil membuat kita peduli dengan benturan konflik para karakternya. Tragicomedy terbaik tahun ini!



7. THE QUIET GIRL (AN CAILÍN CIÚIN)

Berlatar tahun 1981 di pedesaan Irlandia, Cáit yang berusia sembilan tahun adalah gadis introver yang tumbuh dalam keluarga over-crowded dengan orang tua yang kurang harmonis. Dunia Cáit seketika terbalik saat keluarga disfungsionalnya membuat keputusan untuk menitipkannya pada orang tua asuh selama liburan musim panas. Di tanah pertanian keluarga Cinnsealach itulah, ia menemukan harapan baru. Dengan narasi cerita yang indah, Colm Bairéad seolah-seolah memaksa kita menerjemahkan kembali makna sebenarnya dari rumah dan keluarga.



6. HOLY SPIDER

Didasarkan pada peristiwa nyata yang pernah terjadi di kota suci Mashhad, ketika dalam rentang waktu setahun ada 16 pekerja seks dibunuh oleh pria bernama Saeed Hanaei yang dikenal dengan julukan Spider Killer. Dengan sorotan grafis yang mendetail, film ini merekam bagaimana kebobrokan moral bahkan dapat menyergapi siapa pun dengan cara yang kontradiktif. Sebuah sajian drama realistis yang mengungkap perilaku misogini kuno yang merajalela di Iran. 



5. THE FABELMANS 

Meskipun hadir dengan secuil kesombongan dan sikap self-indulgent yang ia sisipkan lewat karakter Sammy Fabelman, film ini jelas mudah dicintai sebagai selebrasi hidup dari seorang Steven Spielberg. Pria yang tumbuh dari seorang anak yang pernah ketakutan oleh kecelakaan mainan kereta api, hingga menjadi seorang pembuat film yang layak diperhitungkan. Spielberg dan karyanya kali ini seolah-olah ingin menegaskan bahwa benar film-film adalah mimpi yang tak terlupakan.



4. EVERYTHING EVERYWHERE ALL AT ONCE 

Dikemas dalam balutan sains fiksi, aksi, sekaligus komedi, film ini justru mempresentasikan ide cerita yang absurd tentang dunia paralel. Sepanjang durasi, kita akan dibawa berpetualang ke berbagai dimensi kehidupan dengan latar dan warna yang berbeda. Di jagat yang lain, sosok Evelyn bisa menjadi siapa saja; ia punya masalah, punya ambisi, dan punya kapabilitas—yang kemudian berakumulasi menjadi kekuatan bagi varian Evelyn di semesta utama. Meski pada akhirnya tetap ada harga yang harus ia bayar. Salut bahwasanya Duo Daniels berhasil menyajikan konsep multisemesta pada level yang berbeda.



3. CHA CHA REAL SMOOTH 

Entah kenapa, Cooper Raiff bisa sangat bertalenta pada usia mudanya. Setelah memulai debut penyutradaraan dengan mulus lewat Shithouse (2020), lagi-lagi ia menawarkan kisah rom-com lain yang tulus dan juga hangat. Cooper Raiff yang juga berperan sebagai Andrew ialah pria 22 tahun lulusan perguruan tinggi yang merasa galau akan arah hidupnya. Di tengah kesibukan sebagai pembawa acara di Bar Mitzvah, suatu hari ia berkenalan dengan Domino, seorang wanita dewasa yang merupakan ibu tunggal dengan putrinya yang autis. Seyogianya urusan asmara, tak semua hubungan bisa bersatu. Jelas Andrew dan Domino memang ingin bersama, tapi seperti kata Tulus dalam lagu Sepatu: mereka tak bisa apa-apa.



2. JOYLAND

Pakistan sebagai salah satu negara yang memberi perlindungan hukum terhadap kelompok transgender yang mengalami diskriminasi, disindir dengan jelas melalui film ini. Selain menampilkan potret penari transpuan yang hidup di negara mayoritas muslim, Saim Sadiq juga menyentil isu gender lewat karakter Haidar yang mengalami krisis pengakuan sekaligus mempertanyakan identitas seksualnya. Seakan-akan seseorang tak boleh berada di wilayah abu-abu, lantas dipaksa mengikuti stereotip tentang bagaimana menjadi maskulin atau feminin dalam lingkungannya. Hidup memang tak selalu menawarkan kebahagiaan seperti Joyland.



1. DECISION TO LEAVE (HEOJIL KYOLSHIM)

Ketika seorang pria terjatuh dari puncak gunung lalu tewas, detektif Hae-Joon menemui istri korban, yang herannya tak menunjukkan tanda kegelisahan atas kematian sang suami. Di tangan sutradara Korea paling menjanjikan, Park Chan-wook, film ini tak hanya berakhir pada premis simpel tentang detektif yang berselingkuh dengan tersangka dari kasus pembunuhan yang ia tangani. Dengan alur yang rumit, ia membuat penonton merenungkan kembali apa yang ditampilkan dalam layar adalah sebuah realitas atau hanya kemungkinan hipotesis yang dipikirkan sang detektif. Tak berlebihan menyebut film ini sebagai drama kriminal paket lengkap. Mulai dari plot, karakterisasi, detail dialog dan visual, hingga transisi gambar dan editing yang menghasilkan beberapa bingkai adegan menakjubkan. A delightful surprise!


_________________________

 Kalau kamu, apa saja film favoritmu tahun ini?

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Kok gada film Indonesia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Film Indonesia biasanya dibuat list tersendiri hhe

      Hapus
  2. Movie marathon dulu brarti baru 2 tetonton

    BalasHapus

Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!