Ada tiga prinsip yang bisa dipegang agar kita hidup bahagia. Setidaknya, itu yang dikatakan oleh seorang biksu Zen bernama Haemin Sunim dalam bukunya yang sangat populer, The Things You Can See Only When You Slow Down (멈추면 비로소 보이는 것들).
Pertama, kita harus sadar bahwa orang-orang tidak sepeduli itu dengan diri kita. Kedua, tak semua orang harus menyukai diri kita sebab kita pun mustahil menyukai semua orang. Ketiga, pahami bahwa sebagian besar hal yang kita lakukan demi orang lain sesungguhnya kita lakukan untuk diri kita sendiri.
Di tengah banyaknya tuntutan dalam hidup, menjadi bahagia itu penting. Namun, menjadi tenang di dunia yang serba sibuk pun tak kalah pentingnya. Sering kali kita bersusah payah mengejar sesuatu hanya karena orang-orang di sekeliling kita sudah lebih dulu memiliki capaian tertentu. Masalahnya, kita lupa bahwa pencapaian setiap orang itu berbeda.
Rasanya tak ada alasan untuk tak mengamini ketika Haemin Sunim mengatakan, "Hidup bukanlah suatu perlombaan lari seratus meter melawan orang lain, melainkan maraton seumur hidup melawan diri sendiri."
Dalam bukunya, sang guru meditasi yang sangat terkenal di Korea itu mengajak pembacanya untuk kembali terhubung dengan sisi diri yang lebih baik dan bijak. Salah satunya yaitu dengan menjadi pribadi yang lebih tenang dan tidak tergesa-gesa.
Menurutnya, setiap kali kita merasa sibuk, sebenarnya yang sibuk itu hanyalah pikiran kita. Bukan semesta yang kita tinggali. Sederhananya, kesibukan yang kita rasakan hanya ada dalam dunia yang kita ciptakan sendiri, dan sesungguhnya kita punya kontrol atas itu.
Mungkin terdengar seperti pesan yang sangat klise. Kalimat generik semacam itu bahkan sudah pernah kita dengar dalam lirik lagu Rehat-nya Kunto Aji. Meskipun begitu, bukankah diri kita selalu butuh alarm pengingat? Karena isi kepala manusia adalah tempat paling sibuk di dunia.
0 Komentar
Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!