Ternyata tak perlu menjadi aktivis seperti Luis Sepúlveda untuk bisa menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan hidup lewat karangan tulisan. Meskipun fiksi tak bisa mengubah realitas, tapi ia bisa memberi cerminan pada aspek yang sangat penting. Mungkin itulah yang menjadi gagasan Rizqi Turama saat menerbitkan kumpulan cerpen Yang Lebih Bijak daripada Peri.
Kumpulan cerpen ini merangkum banyak kisah tentang gambaran budaya, modernitas, etika, satire pada penguasa, serta pesan yang paling menggaung yaitu tentang alam dan hubungan antar penghuninya.
Dalam empat judul pembuka, kita langsung disuguhi kisah tentang keluarga dengan hijaunya nuansa lingkungan rumah. Ada cerita tentang pohon durian ayah, pohon kelengkeng ibu, tanaman lidah mertua yang diwariskan ke anak, hingga bagaimana pohon rambutan menyisakan banyak kenangan.
Cerpen yang dijadikan judul buku ini adalah salah satu cerpen favoritku, sebuah kritik terhadap pembalakan liar yang dinarasikan dengan magis melalui kisah para peri. Cerpen lain yang berjudul "Mek Mencoba Menolak Memijit" juga tak kalah bagus, sebab secara lugas menyampaikan kritik terhadap kapitalisme yang dirasakan langsung oleh warga desa atas maraknya pembangunan minimarket waralaba.
Meskipun sebetulnya banyak repetisi tema dan struktur bercerita dalam kumcer ini, tetapi usaha penulis untuk mengajak pembaca membangun kembali martabat ekologis sangat pantas diapresiasi.
0 Komentar
Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!