[Review] KKN di Desa Penari — Simpleman

Novel ini berangkat dari sebuah cerita horor yang sempat viral melalui thread—tweet berseri atau secara baku bisa disebut utas—di media sosial Twitter. Ditulis oleh seseorang di balik akun bernama SimpleMan.⁣⁣


Judul : KKN di Desa Penari
Penulis : Simpleman
Penerbit : Bukuné
Tahun terbit : September 2019
Cetakan : Pertama
Tebal : 260 hlm
ISBN : 978-602-220-333-9


Saat motor melaju kencang menembus hutan, Widya mendengar tabuhan gamelan. Suaranya mendayu-dayu dan terasa semakin dekat. Tiba-tiba Widya melihat sesosok manusia tengah menelungkup seakan memasang pose menari. Ia berlenggak-lenggok mengikuti irama musik gamelan yang ditabuh cepat.

Siapa yang menari di malam gulita seperti ini?

Tiga puluh menit berlalu, dan atap rumah terlihat samar-samar dengan cahaya yang meski temaram bisa dilihat jelas oleh mata. “Mbak… kita sudah sampai di desa.”

____________

Dari kisah yang menggemparkan dunia maya, KKN di Desa Penari kini diceritakan lewat lembar-lembar tulisan yang lebih rinci. Menuturkan kisah Widya, Nur, dan kawan-kawan, serta bagian-bagian yang belum pernah dibagikan di mana pun sebelumnya.


⁣KKN di Desa Penari bercerita tentang sekumpulan mahasiswa yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa yang cukup terisolasi di Jawa Timur. Mereka adalah Widya, Nur, Ayu, Bima, Wahyu, dan Anton yang harus menyelesaikan program kerja selama 45 hari di desa angker tersebut.⁣⁣
⁣⁣
Meskipun awalnya berbasis #memetwit dengan ruang narasi terbatas, sebetulnya premis yang diangkat dalam novel ini cukup menarik. Hanya saja ada banyak sekali aspek yang membuat novel ini kehilangan daya tariknya, terutama sebagai sajian horor.⁣⁣
⁣⁣
Masalah pertama jelas disebabkan oleh sudut pandang bercerita. Penuturan melalui dua tokoh sentral yaitu Widya dan Nur sama sekali tidak membantu membangun nuansa mencekam karena penulis memilih bercerita dari sudut pandang orang ketiga. Sayangnya lagi, penulis terkadang melupakan rumus penting dalam memikat pembaca, yaitu show don't tell.⁣⁣
⁣⁣
Masalah kedua, karakterisasi tokoh yang tidak kuat. Sejak bab awal, tidak ada deskripsi jelas tentang para tokoh terutama Widya, dkk. Misal, pada bab awal sekali dikatakan bahwa karakter Wahyu adalah kating yang cerewet, sementara Anton si tambun yang suka ngomong kasar. Namun, di sepanjang novel tidak ada narasi yang mendukung penggambaran itu.⁣⁣ Bahkan penulis tidak berusaha memberi ruang imajinasi dan interpretasi tentang bagaimana rupa para tokohnya. 

Sebetulnya, dari segi plot novel ini sangat menarik. Apalagi dengan latar budaya lokal yang kental, harusnya konflik di "Desa Penari" bisa lebih digali. Namun, sangat disayangkan KKN di Desa Penari malah menjadi novel horor medioker yang tidak digarap dengan serius. Faktor utamanya tentu karena takut kehilangan hype (calon) pembaca

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Mungkin karena dikerjakan dengan terburu-buru juga, Do. Kan mumpung lagi viral banget jadi biar cepet2 naik cetak, momennya dapet pas terbit. :D

    BalasHapus
  2. Dari threadnya viral sampe bukunya jadi emang cepet banget sih, gue ngerasa kalo thread kemarin kayak lagi tes pasar, tapi.. karena threadnya udah cukup panjang, gue jadi males baca bukunya wkwk.

    BalasHapus

Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!