Japanuary: Menonton Film Jepang di Januari

Beberapa waktu lalu di lini masa Twitter muncul tagar #Japanuary. Setelah memastikan tagar tersebut nggak ada hubungannya dengan perayaan putusnya Glenn Fredly atau tanggal jadiannya Armand Maulana, aku baru paham kalau Japanuary (akronim dari Japanese dan January) itu tantangan daring untuk menonton film-film Jepang selama bulan Januari. Hmm, menarik.

Sejak menulis posting Film Jepang Favorit tahun lalu, sebetulnya aku jadi gandrung mencari film-film Jepang yang asyik untuk ditonton. Apalagi waktu kopdar mendadak bareng Kato Daisuke-san, assistant director Japan Foundation dari Jakarta tempo hari, ketertarikanku dengan film-film asal Negeri Sakura jadi makin bertambah. Kalau kita sudah kenal dengan Hayao Miyazaki atau Makoto Shinkai, maka itu baru contoh kecil dari nama-nama sineas yang karyanya layak diperhitungkan. Lagi pula film Jepang lebih dari sekadar anime, kan?

Jadi, inilah film-film produksi Jepang yang kutonton selama Januari:


I Wish (2011)
Wise and funny film about kids, families, friends, and their WISHES. Satu lagi film keluarga dari sutradara favoritku, Hirokazu Koreeda. Film ini berjudul asli Kiseki, yang dalam bahasa Jepang artinya 'keajaiban'. Bercerita tentang sepasang kakak-adik yang harus hidup berpisah karena perpisahan kedua orang tua mereka. Ada harapan sederhana yang disimpan oleh Goichi dan Ryu di balik ambisi mereka untuk melihat peristiwa kereta yang berpapasan: agar keluarga mereka kembali utuh. Walaupun nggak sesedih Nobody Knows, aku tetap mengapresiasi bagaimana Koreeda mengajak kita memandang kehidupan dari perspektif anak-anak yang cenderung polos.

Air Doll (2009)
Bisa dibilang ini adalah cerita Pinocchio dengan pendekatan sex doll. Bayangkan, bagaimana jika boneka pemuas nafsu diberi nyawa dan hidup selayaknya manusia? Lagi-lagi dari sutradara Hirokazu Koreeda, tetapi film ini sama sekali berbeda dengan semua filmnya yang pernah kutonton seperti Still Walking, Our Little Sister, atau After the Storm. Di samping film ini bukan bertema keluarga, meski tetap saja humanis, menurutku ini juga film beliau yang paling ganjil. Kendati demikian, drama slow pace ini tetap berhasil menyampaikan pesannya, bahwa benda-benda produk modernitas sebetulnya nggak betul-betul menemani kesepian manusia, tetapi malah melengkapi kesepian itu sendiri.  

Survival Family (2017)
Sudah menjadi rahasia umum kalau Jepang adalah salah satu negara yang bidang teknologinya paling maju. Sedangkan sebagian besar teknologi bersumber dari energi listrik. Mungkin ide besar film ini berangkat dari sana. Suatu hari, terjadi pemadaman listrik secara masif di Tokyo. Seolah kiamat kecil, seluruh penduduk kota dibuat kalang kabut lantaran aktivitas keseharian mereka sangat bergantung pada alat-alat elektronik, mulai dari ponsel, televisi, komputer, sampai kereta listrik. Keresahan ini diwakili oleh keluarga Yoshiyuki Suzuki, yang mencoba bertahan hidup berhari-hari hingga membawa mereka ke dalam petualangan yang seru dan menghibur. Film ini jelas sekali ingin menyindir kehidupan masyarakat kontemporer yang sudah terbiasa dimanjakan oleh teknologi canggih. Ini adalah film kedua yang kutonton dari sutradara Shinobu Yaguchi setelah Wood Job!, drama-komedi satire lainnya yang menyinggung tentang cara manusia memperlakukan alam.

Swing Girls (2004)
Diceritakan beberapa murid perempuan SMU Yamakawa terpaksa mengikuti kelas matematika tambahan saat liburan musim panas untuk memperbaiki nilai mereka yang buruk. Singkatnya, sebuah insiden menyebabkan mereka dituntut menjadi band pengiring untuk mendukung tim baseball sekolah. Walaupun awalnya nggak tertarik, tapi demi alasan bisa bolos dari kelas tambahan, para gadis itu pun menerima tantangan tersebut. Mungkin premis film ini sudah sering kita jumpai, sebut saja misalnya School of Rock, cuma bedanya di sini aliran musik yang digunakan adalah Jazz. Setelah menonton film ini, sepertinya aku harus menobatkan Shinobu Yaguchi sebagai sutradara favorit asal Jepang berikutnya. Kawai!

Linda Linda Linda (2005)
A fun movie with a fun song. Film ini juga bercerita tentang band sekolah yang digawangi oleh para gadis, yang nahasnya terancam bubar beberapa hari sebelum pertunjukan terakhir mereka di ajang festival budaya sekolah. Di tengah kebingungan mereka mencari vokalis pengganti, seorang murid pertukaran pelajar dari Korea Selatan secara spontan ditunjuk untuk bergabung dengan band. Sebetulnya plot film ini sangat sederhana, tapi justru di situlah letak menariknya. Film remaja nggak melulu harus mengangkat kisah cecintaan nan dramatis untuk bisa dinikmati penontonnya, kan? Omong-omong, setelah menonton film ini dan sedikit niat googling, aku jadi tahu kalau Linda berarti 'cantik' dalam bahasa Spanyol. 

Yojimbo (1961)
Dengan berat hati, aku harus bilang kalau ini adalah film pertama dari sutradara Akira Kurosawa yang kutonton. Please don't judge me, I've been very busy these past 25 years. Kurosawa bisa dibilang legenda dunia perfilman asal Jepang yang paling mendunia, setidaknya itulah kesimpulan dari beberapa artikel yang kubaca. Mayoritas film-filmnya mengangkat kisah samurai dengan konsep ala western. Film ini sendiri pun bercerita tentang seorang Ronin tanpa tuan yang datang ke sebuah kota kecil, di mana telah terjadi perselisihan antara dua kubu yang saling berebut kekuasaan. Walaupun diproduksi berpuluh-puluh tahun silam, aku bisa sangat menikmati film ini. Mungkin karena ceritanya yang masih relevan, mungkin juga karena pengambilan gambarnya yang luar biasa dalam ukuran lintas zaman. Aku jadi nggak heran kalau banyak yang bilang film-film karya Quentin Tarantino memiliki DNA-nya Kurosawa. Setiap adegan di film ini ditambah musik scoring-nya, memang instan mengingatkan pada Django Unchained, The Hateful Eight, dan juga Kill Bill. Sepertinya aku harus berburu film beliau yang lain lagi. Ada rekomendasi? 

_____________
Note for myself: semoga tahun depan bisa ikut Japanuary lagi!

Posting Komentar

14 Komentar

  1. Aku pernah baca komik judulnya Kereta Desember, premisnya persis sama I Wish di atas. Jangan-jangan...

    BalasHapus
  2. Wah kesal, aku enggak tahu ada tagar ini :(( aku suka Linda Linda Linda.. Dan dari 6 film di sini, baru itu yang udah kutonton hehe. Mau coba nonton yang lainnya juga :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini juga telat nemu kok. Kebetulan aja udah nonton beberapa film duluan. Hehe

      Hapus
  3. Jangan lupa jajal dua judul yang dari saya itu kang. Kalo orang yang gak terlalu suka nonton udah ngasih rekomendasi film, hmmm.. itu berarti kamu mesti siap2 nerima rekomendasi yang super berkualitas.

    http://www.xvideos.com/tags/18yearsold

    BalasHapus
    Balasan
    1. Judulnya lupaaaa. Coba sebutin lagi, Kang.

      Hapus
    2. Yuk, apa boleh buat..

      Reincarnation (2005)
      Premonition (2004)

      Hapus
  4. Ta-tapi, saya emang sukanya nonton anime, Kak. Atau anime yang kemudian jadi live action. :( Bolehlah dicobain nanti salah satunya yang ada di daftar ini. Survival Family dulu kali, ya. Haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya nggak apa-apaaaa, Yog. Haha. Aku juga suka anime kok, tapi sekarang lebih suka yang live.

      Hapus
  5. Sepertinya Linda Linda Linda menarik!

    BalasHapus
  6. Hehee....dari dulu tidak suka dengan Film jepang, entah kenapa ya....Salam!

    BalasHapus
  7. Sayangnya menurut saya Yojimbo adalah karya Kurosawa yang paling lumayan dibanding karya - karyanya yang lain di top imdb 250 spt Rashomon, Ikiru, bahkan Seven Samurai.

    Main2 ke blog saya bang, bahas film - film klasik dan cult

    BalasHapus
  8. jarang sih nonton film jepang, kebanyakan jejepangan yg anime gitu. terakhir nonton film jepang yg judulnya ‘Tomorrow I will date with yesterday’.

    BalasHapus
  9. ntah lupa judulnya, ceritanya tentang permainan dimana kalo orangnya gerak, dia mati...diseriusin nonton, endingnya gantung :(
    http://www.cakapcakap.com/

    BalasHapus

Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!