The Breakfast Club with a criminal twist! Itulah kesan pertamaku waktu membaca premis novel karya Karen M. McManus, One of Us is Lying. Dalam sebuah interviu, McManus mengonfirmasi kalau ia memang terinspirasi menulis novel debutnya ini dari film lawas besutan John Hughes tersebut. Tepatnya saat ia menyetir mobil, lalu mendengar lagu Don't You (Forget About Me)—yang menjadi soundtrack The Breakfast Club (1985)—diputar di radio. Ini jadi salah satu bukti kalau inspirasi selalu bekerja dengan cara yang menarik.
Kendati konsep penokohannya sama, yaitu lima orang murid yang 'terjebak' di ruang detensi, tapi plot besar dalam One of Us is Lying selanjutnya sama sekali berbeda. Penulis berhasil menciptakan retelling yang segar berkat sentuhan misteri dalam alur ceritanya. Bahkan banyak yang bilang kalau kisah fiksi satu ini jadi semacam perpaduan antara The Breakfast Club dengan Pretty Little Liars.
Kendati konsep penokohannya sama, yaitu lima orang murid yang 'terjebak' di ruang detensi, tapi plot besar dalam One of Us is Lying selanjutnya sama sekali berbeda. Penulis berhasil menciptakan retelling yang segar berkat sentuhan misteri dalam alur ceritanya. Bahkan banyak yang bilang kalau kisah fiksi satu ini jadi semacam perpaduan antara The Breakfast Club dengan Pretty Little Liars.
This book is dangerously addictive!
"Kalian semua stereotip film-remaja di dunia nyata," ujar Simon kepada keempat murid lain di ruang detensi. Bronwyn yang genius, Cooper yang jadi atlet andalan tim bisbol, Addy sang princess sekolah, dan Nate si bandel yang dekat dengan narkoba. Di ruangan itulah Simon tewas. Keempat murid itu pun mulai dicurigai.
One of Us is Lying sudah menarik minat bahkan dari judul dan blurb-nya. Belum lagi setelah mulai membaca, kita tahu storyline novel ini ditulis dengan baik (atau sangat baik, mengingat ini adalah novel debutnya McManus). Meskipun ditulis dari empat sudut pandang, tapi mudah untuk membedakan 'suara' setiap tokoh karena karakternya yang cukup kuat.
Hampir semua murid di Bayview High punya motif untuk membunuh Simon Kelleher karena sepak terjangnya sebagai biang gosip di sekolah. Selain keempat murid yang berada di ruang detensi saat Simon terbunuh, masih banyak kemunculan tokoh lain yang membuat misteri pembunuhan ini semakin rumit. Jake, Luis, Janae, Vanessa, Keely, Olivia, hingga Aiden Wu—semuanya mungkin saja terlibat dalam kasus itu.
Selain cerita thriller/suspense yang apik, rupanya masih ada porsi cerita roman antartokoh dalam novel ini. Kisah asmara remaja yang sedikit bisa diprediksi sebetulnya, tapi aku menyukai proses hubungan itu berkembang. Begitu juga bagaimana afiliasi 'kelompok pembunuh' mulai tumbuh. Bahkan tokoh Simon, yang notabene sudah diceritakan meninggal sedari awal bab, karakternya tetap berkembang hingga penghujung cerita.
Ada kabar kalau novel ini akan diadaptasi jadi serial TV menyusul "13 Reasons Why" (belum baca novelnya, tapi film serialnya lumayan bagus). Can hardly wait!
SPOILER: everyone was lying but not for the reason you think.
Ada kabar kalau novel ini akan diadaptasi jadi serial TV menyusul "13 Reasons Why" (belum baca novelnya, tapi film serialnya lumayan bagus). Can hardly wait!
SPOILER: everyone was lying but not for the reason you think.
5 Komentar
Jadi masing-masing tokoh gantian bercerita pakai kata ganti orang pertama, Do? Mana empat orang lagi. Hebat juga. Kadang, yang cuma dua aja suka susah dibedain karena naratornya bersuara hampir mirip. Mantaplah. *masukin daftar atau sekalian tunggu serialnya* :D
BalasHapusWaw sudut pandangnya dari 4 orang, menarik. Kayanya seru nih. Bisa masuk reading list. Menurut saya, dari covernya ga kelihatan thriller ya.
BalasHapusBtw salam kenal :)
Kok nggak cocok sama covernya ya? Atau perasaanku saja? .__.
BalasHapusJudulnya udah menarik perhatian saya, tapi lagi-lagi belum punya uang buat beli buku ini atau sekedar pinjam juga belum ada yang punya.
BalasHapusSeru nih, everyone was lying but not for the reason you think.
Keren Review, detail per detail..sukses selalu
BalasHapusSilakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!