[Puisi] Retrospeksi

Hari-hari seperti tali tiada punca
Markah duabelas sebatas angka
Ialah rambu-rambunya

Bungah, seringai, sedu, tawa
Rupa warna dalam satu warsa

Bahana terompet dari mulut awang
Diembus dengan riang
Girang, tiada halang
Lupa perkara tinggal di belakang

Padahal pernah ia berkurung di rumah
Di luar, ia sadar alam tak ramah
Bapak urung pergi ke sawah
Asap menjelma awan di atap rumah
Berkeluh hanya putih setiap mata mengelih
Bikin perih
Berlama-lama, sampai rindu langit berkemih

Hari-hari seperti tangkai tiada pucuk
Bencana hanya gigitan nyamuk yang digaruk
Seolah tak pernah lebih buruk

Tegak, rebah, hirau, alpa
Rupa warna dalam satu warsa

Pekik terompet kian keras
Bersahutan suara petas
Buat apa menapak tilas?

Yang awang tahu hanya satu
Hari-hari penting perlu dijamu

31.12.15

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Diksinya mantap. Tapi banyak yang nggak saya paham. Bikin saya bersenandika ketika memegang gawai sambil daring begini.

    BalasHapus

Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!