[Review] Hujan Daun-Daun — Lidya Renny Ch., Tsaki Daruchi, dan Putra Zaman

Sabtu, 5 April 2014, bertepatan dengan event Kompas Gramedia Fair sekaligus Festival Gramedia Pustaka Utama dalam rangka ulang tahun yang ke-40 di Jakarta Convention Center. Btw, ini event buku paling besar yang pernah kuhadiri. Niat awalnya sih mau kopdar sama kru @bookaholicfund yang awesome itu, sekalian hadir di perhelatan launching novel debutnya kakbro Putra Zaman. Judulnya Hujan Daun-Daun.

Novel ini merupakan satu dari tiga buku Gramedia Writing Project, ditulis estafet oleh Lidya Renny Ch.Tsaki Daruchi, dan Putra Zaman. Entah kenapa, selalu ikut senang tiap ada teman dekat yang berhasil menelurkan buku. Apalagi ini terbitnya di penerbit sebesar GPU, bangga banget. Haha. 

Baiklah, cukup basa-basinya. Mari kita beranjak ke topik sesuai judul tulisan ini~


Judul : Hujan Daun-Daun
Penulis : Lidya Renny Ch., Tsaki Daruchi, dan Putra Zaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : April 2014
Cetakan : Pertama
Tebal : 248 hlm
ISBN : 9786020303765


Akhir-akhir ini, tidur Tania nyaris tak pernah nyenyak. Malam-malamnya diisi mimpi yang sama, tentang gadis kecil berbaju biru, pohon besar yang kokoh, dan dedaunan yang berguguran. Dan seiring ulang tahunnya yang semakin dekat, mimpi itu semakin sering mengganggu.

Di satu sisi, ia bersemangat menyambut ulang tahun yang hanya bisa dirayakannya empat tahun sekali, tepat pada tanggal 29 Februari. Tapi di sisi lain, mimpi itu juga membuat Tania waswas karena peristiwa besar yang mengejutkan terjadi tiap kali ulang tahunnya dirayakan.

Jadi, tahun ini diam-diam ia bersiap. Apalagi ketika satu per satu rahasia masa lalunya mulai terungkap. Tania harus mencari tahu, apakah mimpi-mimpi itu sekadar bunga tidur ataukah ada arti lain di baliknya?


Tiga orang penulis menulis estafet sebuah buku, itu susah. Terbukti di novel Hujan Daun-Daun ini. Tiga ide, tiga teknik/gaya menulis, dan tiga cara eksekusi. Beruntungnya, ide cerita novel ini sudah digagas lebih dulu oleh penulis sekelas Clara Ng. Jadi, tiga penulisnya tinggal mengeksekusi plot cerita.

Awalnya sempat skeptis dengan novel ini. Pas baca halaman bab awal, sudah disambut beberapa teks yang mengganjal. Seperti pemilihan kata yang inkonsisten antara kata "tidak" dan "nggak" di sepanjang narasi, yang jelas bikin ganggu. Menyayangkan editornya kurang teliti. Terus, kelalaian lainnya adalah di narasi yang isinya ucapan (dalam hati) tokoh. Karena novel ini menggunakan PoV 3, harusnya 'suara hati' itu dicetak miring. Misal: "Bla bla bla," ucapnya dalam hati. Demikian. 

Hujan Daun-Daun berkisah tentang Tania, mahasiswi jurusan Administrasi Niaga UI, yang hobinya menggambar sketsa. Yang unik dari Tania adalah ia lahir tepat tanggal 29 Februari dan selalu dihantui mimpi-mimpi aneh setiap menjelang hari ulang tahunnya. Mimpi yang berkaitan dengan fakta-fakta masa lalu. 

Terlepas plot cerita yang agak-agak bolong dan informasi dalam narasi yang berulang (mungkin karena benturan ide ketiga penulisnya), di pertengahan halaman, konflik novel ini mulai seru. Konfliknya padat dan kompleks, walau kebanyakan mengandalkan flashback dan, ya, ada beberapa kebetulan-kebetulan yang sering kita jumpai di scenes sinetron lokal. 
Menjelang ending, klimaksnya makin seru lagi. Ada hal yang nggak ketebak, yang akhirnya bikin paham kenapa novel ini diberi judul Hujan Daun-Daun.  

Mengingat ini novel debut dari masing-masing penulisnya, eksekusinya lumayan berhasil. Cocok banget jadi bacaan remaja! 

Dapat ttd langsung dan foto bareng ketiga penulisnya :')

Posting Komentar

1 Komentar

Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!