[Review] Sole Mate — Mia Haryono, Grahita Primasari, dkk.

 Alasan membeli buku ini:
  1. Beberapa penulisnya, aku kenal baik... di twitter; 
  2. Pengin cari tahu hal-hal tentang sepatu. Tujuan jangka panjang: biar kelak, pas gebetan(atau istri)ku ultah, aku bisa hadiahi dia sepatu yang tepat—setelah baca buku ini; 
  3. Enggak sengaja kebaca tweet-nya kak Mia, yang bunyinya: "Dengan 40rb, bisa dapat 20 wanita." Murah banget, kan? Aaaaa!
Singkat cerita, aku nemu buku ini waktu main ke Gramedia PS. Ketika itu, dari kejauhan, tampak sebuah buku menggelepar-gelepar cantik dari rak berlabel "Buku Baru", diikuti oleh sekelebat cahaya pink yang menyilaukan. Setelah sepersekian detik mengerjapkan mata, aku pun menghampiri buku yang menumpuk indah di TKP. Di sampul buku tersebut, terpampang sebuah judul, Sole Mate, yang akhirnya membiusku untuk memboyongnya ke kasur... Oh, maaf, typo... Maksudku, memboyongnya ke kasir.

Tulisanku barusan romance banget gak, sih? Halah!

Setelah aku mulai baca dan buka halaman awal buku ini, aku menemukan sebait kalimat menohok: dari... oleh... dan untuk WANITA.
J-j-jadi... sebagai lelaki sejati, aku gak boleh baca buku ini, dong? Oke! Fine! 
*BATALIN REVIEW*
*Penonton kecewa*
*Akhirnya, review dilanjutin* 


Judul : Sole Mate
Penulis : Mia Haryono, Grahita Primasari, dkk.
Penerbit : Gradien Mediatama
Tahun Terbit : Juni 2013
Cetakan : Pertama
Tebal : 256 hlm
ISBN : 978-602-208-114-2


Dua puluh cerita pendek, enam puisi, dan dua artikel menjadi pajangan utama di etalase Sole-mate. Ada kisah tentang member kesempatan kedua, cerita yang tak terungkap dari Cinderella, seorang wanita yang setengah mati menyesali perbuatan selingkuhnya, percakapan antar sepatu di penjara, kehidupan sepatu-sepatu penghuni toko loak, perjuangan seorang anak pemulung, sampai ke manisnya kisah cinta di sebuah toko sepatu yang merangkap kedai kopi. Semuanya memikat hati dan mampu membuat wanita mana pun tergoda untuk memilikinya.


Sole Mate pertama kali digagas oleh Mia Haryono & Grahita Primasari—keduanya adalah penggiat tulisan fiksi di working-paper.com. Buku ini memuat 20 cerpen, 6 puisioleh Tia Setiawati, dan 2 artikel tentang sepatu. Masing-masing cerpen diselingi oleh kutipan kece karya Fatima Alkaff dan foto-foto beragam bentuk sepatu. Dan, ya, semuanya mempunyai benang merah yang sama, yaitu sepatu. Ada Wedges, High Heels, Stiletto, Pump shoes, Loafer, Sneakers, Flat shoes, dan... tunggu! Kok aku jadi hafal gini ya nama-nama sepatunya? *sigh*

Setiap sepatu dan setiap langkah punya kisah jatuh bangunnya sendiri. Mereka (baca: sepatu) adalah rekaman jejak langkah kita. Kira-kira, itulah pesan yang ingin disampaikan para penulisnya. 

Cerpen pertama dibuka oleh Kiki Raihan dengan judul Loak. Bercerita tentang sekian pasang sepatu yang udah masuk ke toko loak, namun masih menyimpan cerita para tuannya terdahulu.
Ada juga cerpen berjudul Cadangan, yang ditulis oleh Okke 'Sepatumerah. Tentang keluhan sepatu yang jadi cadangan karena kalah cantik dari sepatu lain yang dimiliki tuannya. 
Juga ada cerita unik tentang rahasia lain di balik dongeng Cinderella. Cerpen berjudul Bukan Sepatu Kaca yang ditulis oleh Connie Wong. 
Grahita Primasari juga nulis cerita lain (semcam sekuel) dari salah satu tulisan di Trave(love)ing, judulnya Sepatu Teplek Merah Muda
Cerita Sepatu Usang karya Ch. Evaliana jadi salah satu cerpen favoritku karena setting yang dipakai gak biasa. Setting tempatnya masih serumpun dengan tempatku kerja sekarang, btw. 
Aku Sayang Ka(ki)mu karya Diar Trihastuti juga jadi favorit karena aku suka analogi ceritanya.  
Sepatu Merah Anna yang ditulis Mia Haryono juga gak kalah keren, horor!
Ada juga cerpen berjudul Mengejar Fajar yang ditulis oleh Fani Novaria, tentang kehidupan sosial kelas menengah ke bawah.  
Sepasang Sepatu yang Hilang karya Yessy Muchtar bisa dibilang cerpen favoritku juga. Tulisan singkat, dengan twist keparat!
Tentang Damar oleh Stephany Josephine, bikin aku senyum-senyum. Curhatan orang LDR memang selalu seru untuk dibaca. 
Terus... 

Ah, panjang nih kalo aku jabarin cerpennya satu persatu. Mending langsung beli aja deh kalo penasaran. Lelaki sejati kayak aku aja suka sama bukunya, apalagi kamu duhai masa depanku? *menatap dalam mata Pevita Pearce*

Akhir kata... "Dengan 40rb, bisa dapat 20 wanita." Murah banget, kan?


Ganteng Murah banget, kan?

Posting Komentar

2 Komentar

  1. whuuuuaaa bukunya pasti keren banget tuh! Terima kasih reviewnya, kakaaaaa :D

    BalasHapus

Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!