[Review] Boys Will Be Boys — Ryandi Rachman

Apa yang ada dalam pikiran kalian kalo mendengar buku berjudul “Boys Will Be Boys”? Seorang anak laki-laki yang kehilangan jati diri dan bingung dengan orientasi seksualnya. Itu yang ada dalam pikiran gue pada suatu ketika sedang hunting buku di toko buku. Seperti biasa, gue memang sotoy.

Dulu, gue pernah menemukan seonggok buku dengan judul tersebut di atas saat mau beli buku Curcol si Rantau Kacau. Hampir aja gue khilaf beli, tapi gak jadi karena isi dompet gue kebetulan sedang dalam keadaan krisis stadium akhir. Sampai pada suatu hari, beberapa minggu yang lalu, gue gak sengaja menemukan (lagi) buku tersebut di toko buku. Lalu, seperti ada bisikan gaib yang menyuruh gue untuk mengambil buku tersebut dan membaca blurb-nya. Rupanya buku personal literature tentang kisah anak SMA. Di beberapa review di blog ini sebelumnya, gue pernah bilang kalo gue kecanduan baca genre buku personal literature. Sounds wrong, ya. Iya, gue memang gampang penasaran dengan kehidupan orang lain. Makanya, kalo gue lagi di rumah dan gak ada kerjaan, bisa dijamin rating acara infotainment pasti melonjak drastis. Sungguh sebuah realita pahit kehidupan anak muda bangsa ini.

Akhirnya gue memutuskan untuk googling, siapa tahu ada yang udah review buku ini. Rupanya benar ada, banyak yang bilang bukunya lucu. Dan, gue pun memutuskan untuk beli. Boys Will Be Boys karya Ryandi Rachman.


Judul : Boys Will Be Boys
Penulis : Ryandi Rachman
Penerbit : Bukuné
Tahun Terbit : 2012
Cetakan : Pertama
Tebal : 232 hlm
ISBN : 602-220-034-2


Kalau ada yang bilang masa SMA adalah masa paling indah, gue yang akan duluan angkat tangan. Gak ada yang pernah nyangka kalau gue harus sekelas tiga tahun berturut-turut dengan mahluk-mahluk aneh dan mengalami petualangan seru. Mulai dari bolos kelas bareng-bareng, pergi ke Dufan pertama kali, petualangan cinta yang gak pernah berhasil, sampai belajar kehilangan sahabat. Ini adalah cerita gue, si anak putih abu-abu. Dan percayalah, kami bukan alay.










Bangkaaay! Komentar pertama gue waktu melibas habis buku ini dalam tiga hari. Sebenarnya gue gak rela tapi gue harus jujur kalo gue jatuh cinta sama 
penulis buku ini. Apa lagi setting-nya yang SMA, sukses bikin nostalgia. AAAAK KANGEN SEKOLAAAH!

Konon kabarnya, buku ini lumayan best seller di tempat-tempat fotokopian di Depok. Buku ini bercerita tentang kisah seorang makhluk mirip dakocan bernama Riandy atau lebih akrab dipanggil Kundil, yang bersekolah di salah satu SMA negeri di Depok. Di sini, penulis bukan cuma bertutur tentang kisah pribadinya, tapi juga tentang orang-orang di sekelilingnya—para teman dan sahabat.

Adalah Sambas, salah satu sahabat Kundil yang bertampang alim tapi berkelakuan cabul. Ada juga Baim, sahabatnya yang bergigi kuning langsat. Teuku, yang otaknya rada eror. Serta masih banyak tokoh-tokoh ngehe lainnya yang gak mungkin gue sebutkan satu persatu mengingat harga bawang putih dan cabe keriting yang sekarang gak manusiawi.

Sepanjang membaca buku ini, gue sukses dibikin ketawa terlunta-lunta karena gaya bercerita penulis yang gokil apa adanya. Mulai dari cerita tentang kenakalannya, cintanya yang cuma bertahan selama 45 menit, cerita saat kelasnya mengikuti study tour, dll. Gue pun sempat dibuat berkaca-kaca di salah satu bab, di mana si Kundil harus kehilangan salah satu sahabatnya. Iya, gue memang ganteng dan cengeng.

Intinya, buku ini bukan cuma menghibur, tapi juga menanamkan nilai-nilai luhur bagi para pembacanya. Baik itu luhur ayam atau pun luhur kacang ijo. Recommended deh!

Oke, segitu aja review-nya. Sekian dan terima ajakan jadian!

PS: Jangan googling keyword "Boys Will Be Boys"! Pokoknya jangan!

Posting Komentar

1 Komentar

  1. duh, jadi malu saya. thanks ya reviewnya do..

    Brengsek bener best seller di tempat-tempat foto kopian :)))

    BalasHapus

Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!