Hey, Radiomu Mengalihkan Duniaku

Duh, gua gak inget itu hari apa.

Gua juga gak inget itu tanggal berapa.

Tapi yang pasti, gua gak akan lupa suasananya.

Semua gara-gara seorang sopir bertampang durjana yang menyetel lagu remix,

". . . Ayeeeeeeeeeeeeyy Ahh Uhh . . ."

Oke, ralat. Seorang sopir durjana berselera musik tingkat menengah kebawah (eiiitss nyantai bro, jangan tersinggung dulu. Ini lagu lebih parah dari hanya sekedar medley "Kucing Garong - Keong Racun" yang di lipsync sama Pak Tarno).

Sambil bergoyang, si vokalis didalam radio tape mengeluarkan suara-suara yang gak perlu. Gua memprediksi si vokalis adalah seorang cewek ABG (bukan Ayam Baru Gede) bertampang Rambo, berhati Pinkan Mambo.

Hmm.. Gua jadi ngelamun. Seru juga kali ya kalo gua ngebawain lagu ini sambil main gitar. Gua membayangkan betapa asyiknya bermain gitar di beranda rumah, mendengarkan lagu ciptaan sendiri, sambil sesekali menghindari sambitan sendal dari tetangga yang kurang ridho mendengar suara gua. Padahal, suara gua gak jelek-jelek amat, cempreng-cempreng gimanaaaa gitu. Persis Tompi kalo lagi tertindih truk ayam (gak mesti truk ayam sebenernya, pokoknya apa saja yang memiliki berat sekitar 100Kg dan ada unggas didalamnya).

Sayangnya, semua itu cuma khayalan karena pada kenyataannya gua pemain gitar yang payah, statis, karna mainnya gitu-gitu aja. Dan khayalan itu buyar seiring berhentinya mobil itu di depan Universitas Sriwijaya (UNSRI). Gua turun dan mendengar sayup-sayup suara penyiar radio yang membacakan zodiak mingguan dari dalam radio tape Si bapak sopir bertampang durjana. Mobil itupun berlalu sambil membawa sederet penumpang yang nantinya bakalan rindu untuk bisa se-mobil dengan gua lagi. Itu pasti!

Di situ gua berdiri. Di satu sisi jalanan gersang. Setelah puas menatap sekitar, gua bergumam sebentar,

"Nyampe juga gua disini. Di UNSRI".

Yeah, sekarang gua ingat, insiden diatas terjadi pada tanggal 29 April 2010.

Gua ingat setelah melihat selembar kwitansi yang beberapa waktu lalu gua temukan di kolong meja.