Setiap Orang Memiliki Ranjang Prokrustes-nya Sendiri

Aforisme, kata mutiara, atau ungkapan filosofis ringkas tentang sikap hidup manusia, mungkin sudah lazim kita temukan bertebaran di mana-mana; dari Konfusius hingga Buddha, Heraclitus hingga Nietzsche, atau bahkan Fiersa Besari hingga Kak Gem.

Nassim Nicholas Taleb punya pendekatan lain tentang aforisme. Dalam bukunya, The Bed of Procrustes: Philosophical and Practical Aphorisms, yang dalam versi terjemahan Gramedia Pustaka Utama diberi judul Ranjang Prokrustes, ia menulis, “To bankrupt a fool, give him information,” atau pesan menyentil lainnya seperti, “If you want people to read a book, tell them it is overrated.”

Sederetan aforisme yang ia tulis dalam buku ini seolah-olah ingin merangkul semua ketidakpastian dan mempertanyakan status quo dalam kehidupan kita hari ini. Perspektif kritisnya tentang modernitas, kepakaran, kesuksesan, hingga estetika dan etika, memberikan lensa kepada pembaca untuk melihat pengalaman sehari-hari dan keyakinan yang mungkin telah lama kita pegang.

Taleb membuka buku ini dengan kisah “Ranjang Prokrustes” dalam legenda Yunani. Alkisah, Prokrustes memiliki ranjang besi di tempat kediamannya—sebuah benteng yang berada di Gunung Korydallos di Erineus. Ia dipandang sebagai sosok baik hati karena sering mengundang para pengembara yang lewat untuk beristirahat di tempatnya, lalu menawarkan mereka tidur bermalam di ranjang kesayangannya.

Namun, di balik sikap ramahnya, ternyata Prokrustes memilki agenda terselubung. Ia terobsesi untuk membuat tamunya merasa cocok dengan ranjang besi tersebut. Apabila tamunya terlalu tinggi dan anggota tubuhnya menjuntai di tepi tempat tidur, Prokrustes akan mengambil gergaji/kapak dan mengamputasi bagian tubuh tersebut agar pas. Sebaliknya, jika tamunya terlalu pendek, ia akan meregangkan tubuh mereka, menariknya hingga mencapai panjang yang diinginkan. Apa pun metodenya, hasilnya selalu fatal bagi para pengembara yang malang itu.

Legenda Prokrustes dan tempat tidurnya menjadi metafora yang kuat tentang bahaya laten pemikiran yang kaku. Menurut Taleb, setiap dari kita cenderung memiliki Ranjang Prokrustes-nya sendiri. Ia menggunakan mitos tersebut untuk mengkritik struktur dan dogma kaku yang mendominasi pemikiran modern saat ini. Ia mendorong kita untuk menyesuaikan pengalaman dan pengamatan sesuai hakikat realitas yang sebenarnya dan bersikap terbuka terhadap kebenaran yang baru.

Dalam salah satu gelar wicara, Rocky Gerung juga pernah menyinggung kisah Prokrustes. Ia menegaskan, “Kita harus bisa melihat variabel yang salah; manusianya atau ranjangnya.”

Setiap aforisme yang tertuang dalam buku ini, kata Taleb, adalah tentang jenis tempat tidur Prokrustes. Berikut beberapa aforisme, peribahasa, atau kata mutiara lainnya yang sempat saya rangkum dari buku ini:

Otak Anda berada dalam kondisi paling pintar justru kalau sedang tidak disuruh memikirkan apapun—kondisi ini kadang disadari orang yang sedang mandi.
Saya bertanya-tanya apakah musuh bebuyutan saya bakal cemburu kalau dia tahu saya membenci orang lain.”
Mereka yang tak punya apa-apa untuk dibuktikan tak pernah bilang tak punya apa-apa untuk dibuktikan.

Posting Komentar

0 Komentar