Aku sedang bersua dengan penyair dalam mimpi
Kami melewati diskusi panjang tentang puisi
Panjang sekali, sampai nyaris tak menyentuh muara solusi
Kami melewati diskusi panjang tentang puisi
Panjang sekali, sampai nyaris tak menyentuh muara solusi
Ia—sang penyair itu—membantah semua definisi
Lantas mengagungkan semua awam dalam bait-bait tak berisi
Ia—penyair dalam mimpi itu—bertutur perihal puisi cinta
Katanya...
Puisi cinta tak melulu mesti berbait manis
Tak harus lebih rumit dari kisah percintaan dua remaja dalam kisah filmis
Tak harus lebih rumit dari kisah percintaan dua remaja dalam kisah filmis
Puisi cinta pun tak harus mewakili diri meneriaki yang dituju
Dalam lariknya, semua adalah kewajaran
Termasuk asmara antara nyamuk dan kulit pori-pori
Dalam lariknya, semua adalah kewajaran
Termasuk asmara antara nyamuk dan kulit pori-pori
Puisi cinta, ya, bisa seperti ini...
Ditulis seadanya, kosong makna, minim kalimat meliuk-liuk
Tak selalu perlu berima
Tak selalu harus dibaca dengan irama
Tak selalu perlu berima
Tak selalu harus dibaca dengan irama
Ia—penyair yang bersua dalam mimpi itu—berujar...
Bukankah cinta dalam puisi biasanya dusta?
Seringnya ditulis oleh pengibul yang kaya kosakata
Seringnya ditulis oleh pengibul yang kaya kosakata
Selang waktu, aku terkesiap dari mimpi
Tapi tak bangun lagi
Penyair, di mana penyair tadi?
Sepertinya aku sudah mati tertimbun prosa sendiri
Tapi tak bangun lagi
Penyair, di mana penyair tadi?
Sepertinya aku sudah mati tertimbun prosa sendiri
0 Komentar
Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!