Selamat malam, dermawan bertinja emas...
Turunlah sejenak dari ranjangmu
Tengok ranah dan rekam jerit saudaramu
Di antara bangunan yang kucar-kacir itu,
Turunlah sejenak dari ranjangmu
Tengok ranah dan rekam jerit saudaramu
Di antara bangunan yang kucar-kacir itu,
ada anak-pinak yang memakan cemas
Maukah kau kuberitahu kabar mereka?
Mereka—yang sebut saja—sanak saudara
Mereka—yang sebut saja—sanak saudara
Mereka—yang katanya—penyandang tunawisma
Biar kuberitahu... Mereka bukan pengemis
Mereka juga bukan kumpulan orang pesimis
Mereka hanya daging-daging hidup kurang beruntung,
Biar kuberitahu... Mereka bukan pengemis
Mereka juga bukan kumpulan orang pesimis
Mereka hanya daging-daging hidup kurang beruntung,
manusia-manusia malang yang sedang berkabung
Selamat malam, dermawan berupil berlian...
Memelipirlah sejenak dari rutinitas berhargamu
Dengarlah parau suara anak kecil berwajah pilu
Anak-anak yang ingusnya tak mengenal tisu
Di antara bangunan yang porak-poranda itu,
Memelipirlah sejenak dari rutinitas berhargamu
Dengarlah parau suara anak kecil berwajah pilu
Anak-anak yang ingusnya tak mengenal tisu
Di antara bangunan yang porak-poranda itu,
ada keluarga tak sedarah-mu merabunkan masa depan
Suram...
Kelam...
Mereka masih sibuk meraba-raba makna bencana
Kelam...
Mereka masih sibuk meraba-raba makna bencana
---------
1 Februari 2014,
ditulis untuk Malam Puisi Palembang dalam rangka menggalang dana untuk korban erupsi Gunung Sinabung
ditulis untuk Malam Puisi Palembang dalam rangka menggalang dana untuk korban erupsi Gunung Sinabung
Dibacakan oleh Dyaz Afryanto |
5 Komentar
cakeppp... ganteng aku disitu. sayang dak ada yang videoin.. :D
BalasHapusCih!
HapusKeren puisinya..
BalasHapusacaranya keren semalam :)
BalasHapusStand Up Comedy Palembang juga keren! :)
HapusSilakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!