[Flashfiction] Dona yang Merana

“Maafin Dona, Mih. Tapi Mamih harusnya sadar, dia itu laki-laki berengsek.”

Dona menahan isaknya yang nyaris meledak.

“Laki-laki yang Mamih percaya sebagai pengganti papa buat Dona, laki-laki yang Dona setujui menjadi suami baru untuk Mamih, laki-laki itu juga yang kemarin merusak masa depan Dona.”

“Aww!” Mamih menampar pipi sebelah kiri Dona. “Ampun, Mih!”

Kaki kanan Mamih mendarat indah di paha dan punggung Dona, secara bergantian.

Dona mengerjapkan matanya. Ditatapnya langit-langit kamar yang bercat putih. Ini sudah sekian kalinya ia dibayangi rasa bersalah semenjak kejadian yang menimpanya beberapa hari yang lalu.

Keputusan Dona membeberkan pelecehan Om Danis terhadapnya, ternyata menyulut amarah Mamih. Amarah yang ditujukan pada Dona, korban pelecehan. Berkali-kali Dona menjelaskan kalau posisinya adalah korban. Mamih tetap menyangkal, malah menuduh Dona sebagai wanita penggoda, dan mengusirnya.

Dona masih menatap langit-langit kamar ruangan instalasi gangguan mental. Di bola matanya, terlihat kobaran api yang menyala-nyala, membakar dua tubuh manusia yang sedang telanjang bulat dan saling berangkulan.

“Selamat malam pertama, Mamih dan Om Danis.”





Posting Komentar

0 Komentar