Beberapa hari terakhir, kita sempat dihebohkan oleh pemberitaan tentang isu tes keperawanan untuk murid SMA di salah satu kota di Sumatera Selatan.
Tapi kali ini aku gak akan membahas hal sensitif tersebut, karena blog ini bukanlah detik.com.
Tulisan di atas cuma intermezzo, karena review buku kali ini gak ada hubungannya dengan tes keperawanan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan daerah teritorial selangkangan. Bukan. Mari kita bahas hal lain saja, seperti "gigi" misalnya.
Ya, buku yang akan di-review kali ini berhubungan dengan dunia pergigian. Sebuah catatan seorang (calon) dokter gigi dalam buku berjudul K.O.A.S — Kacaunya Obsesi Asisten Stres.
Seperti apa isi bukunya? Mari kita kupas, walaupun gak dijamin tuntas. Cekicrot!
K.O.A.S adalah buku personal komedi (atau dalam konotasi yang berbeda, bisa disebut diary anak mami) dari Tomy Aryanda, yang juga merupakan admin akun twitter @KoasGigiSinting. FYI, sebenarnya beliau ini cuma ngaku-ngaku sinting, padahal aslinya sih menderita gangguan mental.
Di buku ini, penulis bercerita tentang suka duka selama masa koasnya setelah lulus dari perkuliahan juruan kedokteran gigi di sebuah universitas negeri di Palembang. Ini adalah buku keduanya setelah Catatan Gila Dokter Galau, yang konon cukup laris di tempat-tempat fotokopian.
Setelah
melahap habis buku ini, entah kenapa ada tiga tokoh kurang beruntung yang sialnya begitu menempel di ingatanku. Fitri si koas polos, Septa yang bokernya melegenda, dan Yessy
yang kosannya jadi korban kebiadaban pup Tomy—penulis buku ini.
Selain itu, juga ada tiga bab yang lucunya kebangetan dan bikin rahang keram: Pentingnya Kakus,
Konsultasi Dokter Sesat, dan Mitos-Mitos Seputar Gigi. Di bawah ini, aku salin
ulang beberapa cuplikan bab Mitos-Mitos Seputar Gigi.
Gigi berlubang adalah penyakit keturunan.
Komentar: Iya. Keturunan males sikat gigi.
Cabut gigi rahang atas bisa bikin buta.
Komentar: Bisa jadi. Contoh kasus: tang cabutnya lepas dan melayang kena biji mata. Selebihnya nggak bikin buta kok.
Buku ini ditulis dengan ringan, konyol, dan semena-mena. Di beberapa
bab, juga ada hal-hal informatif seputar dunia pergigian yang entah disengaja
atau cuma kebetulan diselipkan. Pembaca dibuat seolah-olah turut merasakan
penderitaan seorang koas gigi, menghadapi tekanan dan kesulitan, tetapi juga diajak
menyelami kembali momen-momen absurd yang menyertainya.
In
my personal view, konsep buku ini hampir sama dengan memoar calon dokter atau
beberapa personal literature yang pernah kubaca. Cara bertutur dalam tulisan yang seenaknya, lucu
yang gak tanggung-tanggung, serta komedi yang terkadang cenderung sarkastik. Tapi…
ini Tomy Aryanda, bukan Ferdiriva, apalagi Arya Wiguna. Pembaca gak punya alasan
untuk membanding-bandingkan karya mereka. This guy wrote with his own style.
Bagian super penting yang membuat buku ini lebih cihuy adalah ilustrasi di hampir sepanjang
halaman buku. Well done layouts.
Feast for my eyes. *cium kening ilustratornya*
Akhir kata...
Gigi berlubang karena kuman. Hati berlubang karena mantan.
Sekian.
2 Komentar
Gangguan mental muke lo monokrom, Do!! Bahahahak. Btw thx berat Do, udah diripiw :)
BalasHapusYou're welcome ringan, Brad~
HapusSilakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!