Aksaraku belum patah
Jika baitnya adalah kita yang belum kalah
Percayalah... Ini bukan kemelut
Bukan pula petaka yang membuat kalut
Lihat, rindu kita telah mengembun, menjadi titik-titik basah penuh arti
Haruskah kubiarkan cabangnya merimbun, agar cemasmu tertutupi?
Pernah seorang berkata, "Resep hubungan awet adalah saling bertukar kabar"
Bercermin pada perkara kita, mungkin mereka benar
Di seduhan gelas pertamaku hari ini, wajahmu muntup
Membuatku gelagapan menahan rindu yang meletup-letup
Lalu, sedang apa kamu di sana?
Masihkah sibuk meraba waktu?
Ya, ini purnama keduabelas, katamu
Bertahanlah...
Lihat aku dari jarak yang miliar inci
Sosok ini kukuh menanti tiada henti
Silakan bunuh rindumu sekejap
Sekejap saja, sampai kopiku selesai kusesap
Karena esok—entah kapan—kita akan sama-sama terlelap
Dan, di saat mengerjap, kita telah bersua di bawah satu atap
Jika baitnya adalah kita yang belum kalah
Percayalah... Ini bukan kemelut
Bukan pula petaka yang membuat kalut
Lihat, rindu kita telah mengembun, menjadi titik-titik basah penuh arti
Haruskah kubiarkan cabangnya merimbun, agar cemasmu tertutupi?
Pernah seorang berkata, "Resep hubungan awet adalah saling bertukar kabar"
Bercermin pada perkara kita, mungkin mereka benar
Di seduhan gelas pertamaku hari ini, wajahmu muntup
Membuatku gelagapan menahan rindu yang meletup-letup
Lalu, sedang apa kamu di sana?
Masihkah sibuk meraba waktu?
Ya, ini purnama keduabelas, katamu
Bertahanlah...
Lihat aku dari jarak yang miliar inci
Sosok ini kukuh menanti tiada henti
Silakan bunuh rindumu sekejap
Sekejap saja, sampai kopiku selesai kusesap
Karena esok—entah kapan—kita akan sama-sama terlelap
Dan, di saat mengerjap, kita telah bersua di bawah satu atap
__________________________
Puisi balasan untuk @didochacha dalam #DuetPuisi
0 Komentar
Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!