[Flashfiction] Godaan Gado-Gado

Hampir saja kuurungkan niatku untuk jogging.  Pagi ini, cuaca dingin sekali. Tubuhku sedikit menggigil. Dan, rasanya aku sudah menguap terlalu banyak. Singkatnya, sekarang aku sedang memaksakan diri untuk jogging di tengah serangan kantuk yang parah.
Belum sampai satu kilo aku mengayunkan kaki berlari ringan, sekarang perutku diserang rasa lapar. Sepertinya sedang ada sekelompok cacing yang berunjuk rasa menuntut haknya, di wilayah perutku. Menu sahur yang masuk ke perutku tadi sepertinya kurang porsi. 
Jam-jam seperti ini memang rawan bagi orang yang berpuasa.
Aku memutuskan untuk berhenti sejenak. Tangan kananku kugunakan untuk menutup mulut ketika aku dipaksa menguap lagi. Sementara itu, tangan kiriku melakukan tugas lain—mengelus perut.
"Lagi puasa, Mas?" Bu Salamah, penjual gado-gado langgananku, rupanya tidak cuti jualan meskipun sedang bulan puasa. Mungkin karena letak warungnya memang berada di komplek yang mayoritas penghuninya nonmuslim, pikirku.
"Iya, nih." Tangan kiriku masih pada posisi mengelus perut.
"Masa, masih pagi sudah tidak tahan, Mas?" goda Bu Salamah.
"Entahlah... Saya kok jadi pengin makan gado-gado, ya."
Aku pun memutuskan mampir ke warung Bu Salamah. 
Saat hendak duduk di bangku, aku melihat ada seorang anak kecil sedang sibuk mencuci piring di dalam warung Bu Salamah. 
"Eh, itu siapa, Bu?"
"Oh, itu... Namanya Rano. Sudah dua hari ini dia bantu-bantu saya di warung," jawab Bu Salamah, yang tangannya masih sibuk mengulek bumbu gado-gado. "Kasihan dia, kemarin sore mampir ke sini, katanya sudah tiga hari tidak makan." Bu Salamah berkata setengah berbisik.
Aku mematung sejenak.
Kuraih uang sepuluh ribu dari kantong celana training-ku, lalu kusodorkan pada Bu Salamah.
"Ini, Bu... Bungkus buat anak itu saja. Lapar saya sudah hilang."
Aku tiba-tiba tergerak untuk melanjutkan aktivitas jogging.

Posting Komentar

0 Komentar