Sebut Saja Puisi Cinta

Pernah dengar aku berujar cinta padamu dengan penuh arti? 
Rasanya hampir tak pernah sama sekali. 


Kelu lidahku untuk jujur ungkapkan kagumku. 
Malu pada tetangga jika lelaki seusiaku bermanja kata denganmu. 
Menyuarakan secuil pujian padamu pun terasa enggan. 
Aku tak ada bedanya seperti anak manusia kebanyakan, kan? 

Dan… hari ini, aku berani. 
Setelah cukup lama kepergianmu. 
Dua tahun yang lalu. 
Biar kuteriakkan… 
Aku. Cinta. Kamu. 
Aku. Sayang. Kamu. 
Aku. Rindu. Kamu. 
Tapi, tetap saja… ini hanya jeritan parauku dalam bait doa. 
Tetap jua hanya lewat rangkaian kata tak bermakna. 

Setiap pulang ke tanah kelahiran, hanya dua tempat yang sangat ingin kusua. 
Rumah kita dulu… dan rumahmu—yang orang lain menyebutnya pusara. 
Dengan bekal rindu yang teramat, ingin kuantar cinta yang sedalam-dalamnya. 
Lewat bisikan doa, tanpa manusia lain mengetahuinya. 



Teruntukmu… Ibuku. Surga abadiku. 
… yang memulai perjalanan ke surga pada 1 Mei 2011 lalu.
I know you're here with me, always have been, always will be. I'll see you again, someday. Ilove you.

Posting Komentar

0 Komentar