Sambil
terus melantunkan doa dengan khusyuknya, sesekali pandanganku tertuju pada suamiku yang sedang berbaring. Garis-garis ketuaan tampak
pada sekujur wajahnya yang sudah mulai keriput. Rendi, teman kantorku, yang kini
telah benar-benar menjadi teman hidupku, teman yang akan
memenuhi segala pintaku dikala aku ingin.
Kukenang
kembali saat-saat kami membina
rumah tangga. Tak terasa hampir satu tahun telah berjalan, namun masih saja ada yang
terasa kurang dan mengganjal dalam
kehidupan kami.
Ganjalan yang juga akan senantiasa dihadapi oleh mereka yang membina
dan membangun mahligai rumah
tangga, yaitu buah hati perkawinan. Buah hati itu belum juga hadir dalam rumah
tangga kami,
bahkan menjelang usia
kami merambat pada penghujung
ketidakmungkinan mendapatkannya.
Ya, kami menikah di umur yang sudah tak pantas dibilang muda.
Kini
aku tahu jika yang aku lakukan kemarin adalah salah. Bagaimana tidak, aku menyiksa suamiku dengan permintaan yang
cukup egois, menurutku.
Aku terlalu polos dengan memutuskan menunda
kehamilanku, hanya demi alasan agar kami fokus
dulu ke masalah pekerjaan kantor. Kasihan
Rendi, pria tampan yang mampu mengetarkan segenggam sumber
kehidupanku. Hampir tiap malam dia merengek ingin menggendong bayi.
Aku
menyukai Rendi sejak pertama
kenal hingga sekarang. Napasku
serasa tak mau berhenti ketika mengingat satu persatu bayangan
indah ketampanan Rendi. Bayangan sang pangeran yang menari-nari di
atas alunan detakan kehidupanku.
Hari ini ia kembali
berbisik menyebut
namaku dengan desahan
yang mendalam kepada jiwa-jiwa yang kering, “Kapan Tuhan memberi kita
keturunan?”
Sekian lama aku mengunci getirnya senyuman
di bibirku dengan selalu meyakinkan dia agar setia dengan kesabarannya.
“Iya, Sayang. Mungkin Tuhan hanya belum siap mengamanatkannya
kepada kita. Atau Tuhan masih menguji
sampai mana batas kesabaran kita. Jangan pernah putus berdoa, ya!”
Aku
sudah begitu keterlaluan. Menambah kebohongan hanya untuk menutupi kebohonganku
sebelumnya. Tak pernah terbayangkan olehku untuk membocorkan rahasia besar ini
pada suamiku, bahwa jauh-jauh hari sebelum kami saling mengenal dan menikah,
aku pernah melakukan operasi pergantian kelamin.
3 Komentar
cerita tentang lelaki yang menginginkan keturunan kayaknya lagi marak, untung tokoh saya ndak sefrontal ini :D hha
BalasHapusDi flashfiction, memang udah umum orang pake tema cinta sesama, selingkuh, atau pembunuhan. Biar twist ending-nya 'menohok'. Haha.
HapusBesok-besok mau coba tema yang lebih frontal ah, yang ini banyak yang bisa nebak jalan ceritanya. :|
astaga dia transgendeeeeeer :O
BalasHapusSilakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!