Hujan sudah turun
sejak siang sebelum sore ini. Deras, hingga menggenangi setiap lubang
berdiameter kecil di aspal jalan. Akilla masih saja duduk di sana, meja nomor
5, di sebuah sudut restoran cepat saji. Ia seperti sedang menunggu sesuatu...
atau sebut saja seseorang. Segelas minuman dingin bersoda yang dipesannya dua
jam lalu, sudah tinggal bersisa es batu berukuran sebesar buah dadu. Sesekali
ia menoleh ke arah pintu masuk yang berbahan dasar kaca transparan, seperti
berharap akan ada seseorang yang ia tunggu muncul dari balik objek bening itu. Kegiatan yang sama sudah berlangsung lebih dari
delapan kali semenjak ia duduk di sana.
Seketika
pandangannya beralih ke arah telepon genggam yang bergetar dari dalam saku
cardigan yang dikenakannya. Ada pesan singkat dari Rena, sahabat dekatnya.
"Kamu di mana?" bunyi dari pesan tersebut.
Kembali
pandangannya dialihkan ke arah pintu masuk restoran cepat saji. Nihil. Yang
ditunggu tetap tak menampakkan sosok diri. Satu jam
lagi dilewatinya masih dengan kegiatan yang sama; menunggu.
“Akilla?”
Ah, itu dia. Benar dugaanku, ia tak akan ingkar janji, gumam Akilla
dalam hati. Belum selesai ia menyiapkan mulutnya untuk membentuk seulas senyum,
namun apa yang ia lihat membuyarkan semuanya. Rena,
yang merasa tak diharapkan kehadirannya, lekas berjalan mendekati meja nomor 5; di mana Akilla duduk sejak tiga jam lalu.
“Benar dugaanku, kamu di sini. Sudahlah, dia tak mungkin
datang. Ayo kita pulang!”
“Dia pasti datang. Dia sudah berjanji akan menemuiku
sore ini.”
“Mustahil, Akilla. Ini sudah tahun kedua kamu berlaku
aneh seperti ini. Alan tak mungkin datang!”
“Ini hari ulang tahunku, tak mungkin ia membuatku
kecewa.”
“Memang tidak, tapi takdir yang membuatmu kecewa. Alan
sudah pergi sejak dua tahun lalu, kamu tahu kan? Ia sudah tak ada, Akilla!”
Akilla membisu.
Diresapinya semua kalimat yang meluncur dari mulut sahabatnya itu. Rena benar,
Alan sudah meninggal dua tahun yang lalu karena kecelakaan beruntun di seberang
jalan restoran cepat saji; tempat Akilla berada sekarang.
“Lalu, siapa yang mengucapkankku selamat ulang tahun
dini hari tadi?”
Rena hanya bisa
melenguh panjang. “Ayo kita pulang!”
3 Komentar
Hoho (ternyata) rido bisa bikin cerita yang nyesek juga yaa...:')
BalasHapuswogh, udah mati ternyata. -___-
BalasHapuskaya video klipnya derby abby ==
BalasHapusSilakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!