Bus itu tiba-tiba ricuh. Mata si pengamen kecil
membeliak, namun mulutnya tak berucap apa pun. Sementara lelaki dewasa dengan
wajah penuh emosi menggenggam lengannya dengan keras. Penumpang lain hanya
menyaksikan pemandangan itu dengan penuh tanda tanya di kepala masing-masing.
Sopir bus yang sedari tadi fokus dengan kemudinya, akhirnya menyetopkan bus.
“Ada apa ini, Mas?”
Lelaki dewasa itu tak menjawab pertanyaan si
sopir. Ia menarik lengan pengamen kecil, lalu membawanya turun dari bus. Anak
itu digiringnya dengan kasar ke trotoar jalan.
“Di mana kamu taruh koperku yang kamu curi
kemarin? Jawab!”
Pengamen kecil itu hanya diam, menunduk
dalam-dalam.
“Hei, kenapa diam? Jawab! Atau kubawa kamu ke
kantor polisi.”
Masih tanpa suara, pengamen kecil itu mengangkat
dagunya, yang seolah diarahkan pada sebuah gang kecil di ujung trotoar.
“Kamu menyembunyikannya di sana?”
“Iya. Ikut
aku!”
Sudah beberapa langkah keduanya menyusuri gang
sempit itu. Sekarang mereka sampai ke tempat yang dimaksud oleh pengamen kecil.
“Aku menaruh tasmu di sini.”
Pengamen kecil mengarahkan telunjuknya ke
tumpukan-tumpukan kardus bekas yang disusun tak beraturan di atas tanah basah.
“Ini rumah baruku. Kardus-kardus ini kubeli
memakai sebagian uangmu.”
1 Komentar
mengharukan :(
BalasHapusSilakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!