Minggu lalu adalah minggu yang bersejarah buat gue. Akhirnya, gue kesampean juga makan sushi. Dan, fix GUE GAK SUKA. Makan sushi itu rasanya kayak makan (kapsul) minyak ikan yang langsung dijilatin dari ikannya. Ada sih satu menu yang lumayan enak di lidah, entahlah namanya apa gue lupa. Yang pasti agak mirip-mirip sama nama tokoh-tokoh anime Pokemon.
Benar kata Mie Sedaap, kalo lidah memang gak bisa bohong. Segimana pun teman-teman semacam ketagihan makan sushi, gue lebih memilih ngemil kerupuk yang ditambah sambel sachet-an. Terserah deh orang mau bilang norak. Emang gue dari sononya anak kampung. Hahaha.
Eh, ngomongin soal 'rasa', kemarin gue sempat baca buku keren dong. Judulnya "Rasa Cinta", hadiah menang kuis dari Tante @ijotoska di twitter. Nih, gue review~
Judul buku: Rasa CintaPenulis: Ariev Rahman, Roy Saputra, Dwika Putra, Anita Prabowo, Wandy Ghani, Dewi Subrata & Lolita LaviethaPenerbit: BukuneKategori: Fiksi, Kumpulan cerpenTerbit: September 2012Harga: Rp 45.000Sebuah cangkir dan poci yang terbuat dari tanah liat kusandingkan bersama teh bubuk dan gula batu. Wangi melati perlahan menari di udara. Dalam setiap hirup kurasakan nyaman, dari tegukan demi tegukan yang melewari kerongkongan.
Sedikit asam dan pahit berpadu dengan manis yang samar-samar. Kemudian, satu per satu rekaman cerita bermain dalam kepalaku. Terselip cerita lama yang harus kubuka kembali demi sebuah permintaan.
****
Karena rasa mampu merekam cerita, dan setiap cerita mempunyai rasa. Rasa Cinta berisi kumpulan kisah yang dibalut analogi rasa. Sudut pandang dan cara bercerita 7 penulis dari latar belakang dan selera yang berbeda membuat ceritanya beragam. Mulai dari merasakan bika ambon yang serupa dengan kenangan manis masa lalu, nasi goreng khas buatan ibu yang selalu mengingatkan pada kasihnya, sampai secangkir teh poci yang mampu menggantikan hangat sebuah pelukan. Selamat mengecap rasa.
Rasa Cinta adalah buku yang ditulis
oleh tujuh penulis sekaligus. Lumayan rame, ya. Mendengar tujuh orang, gue
sempat kepikiran kalo mereka ini adalah grup boyband yang aji mumpung nulis karena
ditawarin bikin buku. Untungnya, tebakan gue salah. Sebagian dari mereka memang
berlatar belakang penulis. Sebagian lagi berlatar belakang selebtwit—yang nyatanya memang punya bakat nulis.
Membaca
Rasa Cinta ibarat membaca perpaduan
antara kisah cinta romantis dan yang tragis. Atau ibarat membaca kisah nyata
para finalis ajang pencarian bakat Master
Chef Indonesia, di mana mereka (penulis) punya bakat mengolah rasa, namun
membiarkan para juri menilai ‘rasa’ dengan masing-masing lidah yang berbeda.
Dalam hal ini, pembaca adalah juri. Gak perlu ngangkang lebar juga sih, itu
udah hak patennya Chef Juna.
Setiap
pembaca pasti punya selera. Gue juga tentunya. Gue bukan tipe orang yang suka
membanding-bandingkan tulisan mana yang menurut gue bagus dan tulisan mana yang
menurut gue kurang gereget (bukan berarti gak bagus). Makanya, gue bela-belain
bikin lis tulisan mana yang jadi favorit gue dari masing-masing penulis.
Sepotong Roti Bakar
Cokelat Keju
– Dwika Putra
Gue
suka konfliknya. Ngena banget. Walaupun tema ‘cinta tak direstui’ udah sering
nongol di sinetron, tapi gue tetap suka. Seenggaknya di tulisan ini gak ada
adegan yang menjurus kalo si cowok dan si cewek ternyata saudara kandung yang
sejak kecil terpisahkan karena ulah tangan jahil seorang tokoh antagonis.
Sesungguhnya yang demikian itu memuakkan. Hih!
Dua Tangkup Cinta – Roy Saputra
Twist-nya berlapis-lapis.
Penuh kejutan. Gue beberapa kali dikagetkan saat membaca dialog-dialog para tokoh
di bagian akhir. Asli, ini tulisan super bangke, sampe bikin gue hampir
nyilet-nyilet tangan pake silet bekas nyukur bulu ketiaknya Eva Arnas. Bangke!
Nasi Goreng Buatan Ibuku
Paling Enak Sedunia
– Ariev Rahman
Nah,
yang ini bikin gue syediiih. Tuh kan, jadi ingat Ibu. Tuh kan… Hiks.
Tiga Baris Terakhir – Dewi Subrata
Ini
cerpen paling mengharu-biru-unyu di buku ini. Gue hampir mewek bacanya. Tapi
gak sampe nangis sih. Gue kan cowok, jadi gak boleh nangis. *tisu mana tisu?*
Segitu Saja – Lolita Lavietha
Tema
“cinta segitiga” di cerpen ini berkelas. Gue selalu suka sama cerpen yang setting-nya di satu tempat. Eniwei, gue
pun pernah putus dengan ‘alasan’ yang ada di cerpen ini. Hahaha.
Mengulang Salah – Wandy Ghani
Dari
halaman awal, gue nunggu banget ada tulisan yang genrenya komedi di buku ini.
Ada beberapa. Dan, ini yang sukses bikin gue sampe ngakak muncrat. Walaupun
agak nyeleneh karena gue gak menemukan unsur ‘cinta’ di sini. Eh, tunggu, ini
maksudnya tentang cinta antara majikan dan pembantu? Hmm.
Kopi Hitam Tanpa Gula – Anita Prabowo
Tulisan
ini, analoginya yang paling gue suka. Halaman terakhir yang gak mengecewakan.
Poin
penting. Tulisan di buku ini kaya akan rasa. Masing-masing penulis menawarkan
‘rasa’ dan kesan tersendiri. Bukan jenis rasa yang biasa, tapi rasa yang memberi kejutan. Membaca
buku ini rasanya seperti membaca ‘curhatan’ para penulis. Ada cerita lucu,
sedih, mengharukan, menyindir, sampe yang bikin rese dan pengin teriak, “Woy!
Ini kenapa ending-nya gini? Gak
nyangka.”
Atau,
“Ooooooh…”
Atau,
“Jadi ending-nya gini? Ciyus? Miapah?
Enelan? BUNUH AJA GUEEEH!”
Gak
sedikit gue menemukan tulisan dengan twist
yang berlapis-lapis. Persis kayak rainbow cake yang dijajakan di kafe-kafe mal,
yang bukan cuma jadi pajangan. Atau mirip roti komplit yang dijual Mang Jaja di
depan gang komplek. Harganya cuma dua belas ribu. Kalo belanja bawa duit dua
puluh ribu, itu artinya masih ada kembalian tujuh ribu. Lumayan tuh buat pasang
togel.
Ngomong-ngomong,
baca buku ini berpotensi bikin laper. Laper karena di setiap halaman dipamerin
berbagai makanan yang bikin ngiler, dan laper akibat lupa makan karena
keasyikan baca semua tulisan.
Mmm,
boleh bagi folback-nya? :)
2 Komentar
tema'a ap
BalasHapustokoh" siapa aj
latar cerita'a ap
alur cerita'a ap
amanat'a
mohon dibales yaaa
mnta tolong donk
BalasHapustema'a ap
tokoh" siapa aj
latar cerita ap aj
alur cerita'a ap
amanat'a ap
mohon dibales yaa plissssss !!
Silakan berkomentar. Lihat apa yang akan terjadi!