Rabu, 27 Mei 2015

Kalau kita lebih dulu mengenal karakter Si Juki ciptaan Faza Meonk atau karakter Grey & Jingga rekaan Sweta Kartika, maka nggak ada salahnya kita kenalan dengan karakter komik lokal yang satu ini. Tampang ceria, rambut gondrong menutupi telinga, badan kurus, baju-celana apa adanya, dan pakai sandal jepit. Ya, itulah gambaran karakter Oen di komik Oen Makin Koenyol karya MEDZ. Yuk ah, kenalan lebih lanjut~



Judul : Oen Makin Koenyol: Maen Mulu
Penulis : MEDZ (@medzkreatif) 
Penerbit : Moka Media
Tahun terbit : 2015
Cetakan : Pertama
Tebal : 117 halaman
ISBN : 9789797959883 

Liburan yang panjang memang selalu dinantikan untuk jalan-jalan sekadar refreshing dari rutinitas sekolah. Petualangan OEN pun dimulai. Ia mengisi liburan sekolahnya dengan berbagai aktivitas seru dan menyenangkan. Banyak kejadian kocak yang dialami OEN seperti ketika berkunjung ke water park dan kebun binatang bersama temannya serta masih banyak lagi tingkah laku koenyolnya. Mau tahu sekocak apa si OEN mengisi liburannya? Ikuti petualangan koenyol si OEN dalam edisi "Maen Mulu" ini!

Minggu, 17 Mei 2015

Aku punya banyak rencana-rencana. Banyak yang jadi hanya sekadar wacana di warung kopi, sedikitnya yang berakhir aksi. Salah satu rencanakuselain ingin memperistri Chelsea Islanadalah ingin menerbitkan buku.

Pramoedya Ananta Toer yang konon termasuk salah satu penulis besar di Indonesia, pernah berkata, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” Om Pram benar. Ambil contoh, JK. Rowling. Kalau dulu Tante Rowling nggak menulis serial Harry Potter dan menerbitkannya, siapa yang akan kenal dengan beliau? Karena menulis buku, beliau jadi bagian sejarah.

Dulu, motivasiku untuk menulis buku adalah... ingin melihat namaku tercetak di sampul buku. Sesederhana itu. Sampai akhirnya aku bertemu alasan yang lebih elegan. "Menulis buku adalah usahaku untuk melawan lupa dan menolak dilupakan." 


Aku sudah mulai menulis sejak awal masuk SMA sekitar tahun 2007, tapi waktu itu cuma menulis puisi di buku bergaris (yang ketika dibaca sekarang pastilah bikin mules) dan bikin tulisan asal-asalan untuk ditempel di majalah dinding sekolah. Mulai benar-benar agak serius menulis ketika masuk perguruan tinggi tahun 2010. Saat itu, aku mulai rutin menulis di blog. Isinya tulisan-tulisan kurang penting yang berpotensi menimbulkan katarak jika dibaca dengan mata telanjang. 

Tahun 2011, aku bergabung dengan komunitas menulis lokal, NulisBuku Club Palembang. Di situlah aku mulai belajar banyak ilmu-ilmu kepenulisan, sampai sekarang. Target menulis buku sebenarnya sudah tercapai di tahun itu. Aku pernah menulis memoar pribadi dalam satu buku, lalu tahun berikutnya pun aku mengumpulkan tulisan-tulisan dalam sebuah buku kumpulan cerpen dalam rangka menyambut umur kepala dua. Keduanya pernah diterbitkan mandiri lewat layanan penerbitan online nulisbuku.com. Kenapa pernah? Karena setelah membaca ulang kedua draf buku tersebut, aku mendadak ingin menyanyikan penggalan lirik lagu Prahara Cinta-nya Hedi Yunus. Aku maluuu~ Aku maluuu~

Tahun 2012-2013, aku sempat menulis novel duet dengan seorang teman dekat. Aturan umum menulis novel seperti membuat outline, sinopsis, character chart, sampai eksekusi semuanya sudah kami lewati. Tapi ketika naskah itu sudah tinggal tiga bab lagi menuju kelar, kami stuck, lalu menyadari kalau tulisan kami masih kasar dan plot-nya sangat klise. Naskah itu pun dikubur begitu saja tanpa kelanjutan.

Yang terjadi kemudian, semakin tahun aku makin jarang menulis, walau beberapa kali iseng ikut lomba karena tergiur hadiah yang dijanjikan. Banyak gagalnya, sedikit yang lolos. Mungkin karena niatnya nggak lurus. 

Hari ini, 17 Mei 2015, bertepatan dengan Hari Buku Nasional, aku membaca sebuah tweet dari Roy Saputra. "Berkaryalah karena ingin, bukan karena harus." Mungkin benar, selama ini aku cuma terobsesi dengan teman-teman penulis lain. Karena menyandang titel "penulis", aku merasa HARUS punya karya berupa buku. Padahal penulis itu, ya, kata kerjanya adalah menulis. Menulis buku dan menerbitkannya adalah keinginan dan pilihan

Jadi, kenapa menulis buku? Karena aku ingin dan merasa bisa menulis buku.

Senin, 11 Mei 2015

Aku punya satu rahasia
Jangan beri tahu siapa-siapa
Bahwa aku pernah luka

Harusnya ini tetap jadi rahasia
Tapi hati terlanjur cedera
Kelukurnya sela-menyela

Aku pernah mengenali wanita
Satu-satunya yang buatku luluh pada mula-mula sua
Wanita yang merindunya adalah sebab air mata luruh
Yang padanya aku sedia janjikan seluruh

Aku punya satu rahasia
Jangan beri tahu siapa-siapa
Ia tak pernah sengaja buatku luka

Harusnya ini tetap jadi rahasia
Kendati aku belum siap lupa
Walau renjana bunyikan serdawa

Aku telah mengenali wanita
Yang padanya kujanjikan setia hingga tutup usia
Sampai-sampai matinya raga berkalang tanah
Hingga paling parah, sampai darah berubah nanah

Aku masih punya rahasia
Tapi rahasia bukan lagi rahasia
Sejak aku gagal menjaga(nya)

Kini rahasiaku adalah sembunyi sambil bernyanyi, bersahap tapi tersingkap, 
diam lalu berdebam, atau seperti orang tidur yang mendengkur
Aku pernah mencintai wanita
Mencintai hidupnya saja

11.11
11 Mei 2015