Memutuskan beli buku ini karena kenal beberapa nama penulisnya dan sebagai selingan bacaan di antara tumpukan currently-reading yang semakin nggak manusiawi. Niatnya selingan, tapi malah tamat dibaca duluan. Sepeti kata orang bijak: pembaca hanya membaca, tulisan yang dibaca yang menentukan.
Sabtu, 28 Februari 2015
Jumat, 20 Februari 2015
Pada suatu Rabu sore, aku menulis sebuah status di Facebook: "Orang Komering ngomong pakai bahasa Palembang diledek karena logatnya masih kebawa-bawa. Giliran ada bule bisa ngomong bahasa Palembang, kagum-kagum. Apiya pangrasa jolma kamona?"
Status di atas adalah pengalaman empiris. Fyi... Bapakku orang Komering, ibuku orang Lampung. Konon, Suku Komering masih satu klan dari Suku Lampung, dan sama-sama memakai bahasa komering dalam percakapan sehari-hari (kecuali orang Lampung yang tinggal di kota; cenderung pakai bahasa Jakarta). Dalam matematika dan kimia, positif bertemu positif hasilnya positif. Ya, aku positif mewarisi darah Komering.
Delapan belas tahun hidup berbaur, bermain, berdomisili dengan orang-orang di kampung yang mayoritas isinya orang Komering, membentuk apa yang seharusnya aku dibentuk oleh lingkungan. Bahasa ibu, checked. Logat kasar, checked. Karakter keras, checked. Susah mengeja huruf O dan E dengan benar, checked.
Selasa, 17 Februari 2015
Aku ingin mati hari ini
Membangkai di sini
Bukan karena jemu
Bukan pula bosan dengan semu
Membangkai di sini
Bukan karena jemu
Bukan pula bosan dengan semu
Aku mau bunuh diri
Ditujah sana-sini
Mati di rawa-rawa
Lalu dimakan jelarang dan sebangsanya
Ditujah sana-sini
Mati di rawa-rawa
Lalu dimakan jelarang dan sebangsanya
Aku hanya mau mati
Tuturku berkala-kali
Biar tak mati-matian makan hati
Biar mati tinggal mati
Tuturku berkala-kali
Biar tak mati-matian makan hati
Biar mati tinggal mati
Aku mau mati hari ini
Sebab tak ada yang lebih azali dari mati
Sebab tak ada yang lebih azali dari mati
00.00
17 Februari 2015
17 Februari 2015
Sabtu, 14 Februari 2015
Kemarin, hujan turun di barung-barung
Ada selingan bunyi gemercak air yang menimpa batu dan sahutan gemercik yang menyentuh genangan sisa hujan kemarin dan kemarinnya lagi
Ada aku yang menghindar dari tempias hujan di pinggir pintu
Ada perempuan yang menjelma hujan itu
Ada selingan bunyi gemercak air yang menimpa batu dan sahutan gemercik yang menyentuh genangan sisa hujan kemarin dan kemarinnya lagi
Ada aku yang menghindar dari tempias hujan di pinggir pintu
Ada perempuan yang menjelma hujan itu
Perempuan itu, aku amat-amati dengan lamat-lamat
Seolah kemelitan yang teramat
Melawatnya dari paling dekat jarak pandang
Wajahnya serupa hening, bibirnya serupa lengang
Seolah kemelitan yang teramat
Melawatnya dari paling dekat jarak pandang
Wajahnya serupa hening, bibirnya serupa lengang
Kusapa bukan salahku
Tiada sahut bukan salahnya
Tapi matanya menjawab dengan kelu
Seperti ada berjebah pilu ditabung
Tiada sahut bukan salahnya
Tapi matanya menjawab dengan kelu
Seperti ada berjebah pilu ditabung
Kemarin, hujan turun di barung-barung
Burung-burung berteduh ke tempat biasa ia bernaung, mungkin batang pohon yang rindang
Sedang di bawahnya ada bekicot yang berlindung pada cangkang
Perempuan itu, berlindung pada diamnya
Burung-burung berteduh ke tempat biasa ia bernaung, mungkin batang pohon yang rindang
Sedang di bawahnya ada bekicot yang berlindung pada cangkang
Perempuan itu, berlindung pada diamnya
Hujan usai, ia tak kusut-masai
Justru aku yang malah pasai, kalah oleh sisa mendung yang damai
Basa-basi berikutnya, ia tetap bungkam
Hanya saja matanya yang tertangkap mataku agak nyalang
Kaku dan sedikit ada kengerian
Justru aku yang malah pasai, kalah oleh sisa mendung yang damai
Basa-basi berikutnya, ia tetap bungkam
Hanya saja matanya yang tertangkap mataku agak nyalang
Kaku dan sedikit ada kengerian
Perempuan itu lebih dingin dari hujan kemarin siang
Hujan yang kemarin dan kemarinnya lagi
Hujan yang kemarin dan kemarinnya lagi
00.14
14 Februari 2015
14 Februari 2015
Senin, 09 Februari 2015
Sebagian pernah abai
Bagai kelapa tua yang tak termakan oleh tupai
Tak mau menjamah, tak sudi dijamah
Apalagi sekadar beramah-tamah
Bagai kelapa tua yang tak termakan oleh tupai
Tak mau menjamah, tak sudi dijamah
Apalagi sekadar beramah-tamah
Sebagian kadang acuh
Rela berbagi cerita dari permulaan subuh
Melepas asa, melebur angan
Seolah tak ada jeda menikmati keheningan
Rela berbagi cerita dari permulaan subuh
Melepas asa, melebur angan
Seolah tak ada jeda menikmati keheningan
Semuanya serba sebagian
Bagian dari kita
Perempuan dan laki-laki yang di mulutnya ada harapan tertahan
Perasaannya hanya sebagian
Banyak dipendam, seringnya tertelan ke dasar kerongkongan
Perempuan dan laki-laki yang di mulutnya ada harapan tertahan
Perasaannya hanya sebagian
Banyak dipendam, seringnya tertelan ke dasar kerongkongan
Seandainya isi hati bisa diutarakan lewat tawa lepas
Pasti menyenangkan meneriakkan apa saja sampai mulut kebas
Pasti menyenangkan meneriakkan apa saja sampai mulut kebas
Tapi kamu, hanya mendengar sebagian
Sebagian telingamu sedang berjalan-jalan
Sebagian telingamu sedang berjalan-jalan
Biar tak saling sepenungguan
Mencari sandaran lain
Menunggu sosok lain
Berpaling dari yang enggan
Karena adaku adalah ada yang sebagian
Menunggu sosok lain
Berpaling dari yang enggan
Karena adaku adalah ada yang sebagian
9.02
9 Februari 2015
9 Februari 2015